Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(HUT RTC) Bunga di Tepi Dago

16 Maret 2016   20:37 Diperbarui: 17 Maret 2016   04:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="dok.tokobunga.florist.com"][/caption]

(Minggu Ketiga Terinspirasi lagu)

AKU menurunkan kaca mobil. Kuacungkan selembar uang. Kutarik seikat kembang putih.  

“Bunga terakhir, Lina.”

Lampu menyala hijau. Laju mobil ke atas. Membelok ke kiri.

Rembang petang, kujumpai Lina yang lain. Blus merah dengan pundak terbuka. Bibirnya sama. Ia menutup pintu pagar. Lina duduk di sampingku. Menatap lembut. Selembut siput.

“Jadi nonton di Selasar?”

“Kenapa kautanyakan?”

Ia tertawa.                                                                                              

“Kita lihat saja.”

“Kok?”

“Ya, apa mobil ini membawa kita ke sana.”

Lina manggut-manggut. Matanya tetap berbinar. Lalu dipejamkan. Kemudian dibuka. Terus hidungnya kembang-kempis.

“Ada yang aneh?”

“Kembang …ini kembang ….”

Aku merem mendadak. Persis di perempatan. Di mana banyak penjual bunga.

“Kembang, Kak?” tawar anak kecil yang tadi. Ia kikuk. Aku mengacungkan selembar uang. “Nuhun, Kak.”

Lampu menyala hijau. Klakson dari belakang menyalak.

Pelan mobil kutepikan setelah aman di pinggir jalan dipayungi pohon-pohon besar. Dago. Khas.

“Di sini, pertama kali kujumpai gadis ….” Kuambil kembang pertama dan kedua. Lalu kusorongkan.

Ia tercekat. Menerimanya. Menciumnya.

“Kita jadi ke Selasar …?”

Aku menggeleng.

“Nggak penting. Karena aku bisa memberimu dua ikat kembang ….”

“Artinya?”

Aku turun. Memutar. Membukakan pintu untuk Lina. Saat itu melayang-layang daun. Hinggap di rambutnya. Kuambil. Selanjutnya …kucium keningnya. Lina memejamkan mata. Persis saat ia menghidu di mobil di perempatan tadi.

 

    

Terinspirasi

It Must Have Been Love (Roxette)

 

Karya ini diikutsertakan dalam rangka HUT perdana Rumpies The Club

[caption caption="dok.rtc"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun