“Ya, apa mobil ini membawa kita ke sana.”
Lina manggut-manggut. Matanya tetap berbinar. Lalu dipejamkan. Kemudian dibuka. Terus hidungnya kembang-kempis.
“Ada yang aneh?”
“Kembang …ini kembang ….”
Aku merem mendadak. Persis di perempatan. Di mana banyak penjual bunga.
“Kembang, Kak?” tawar anak kecil yang tadi. Ia kikuk. Aku mengacungkan selembar uang. “Nuhun, Kak.”
Lampu menyala hijau. Klakson dari belakang menyalak.
Pelan mobil kutepikan setelah aman di pinggir jalan dipayungi pohon-pohon besar. Dago. Khas.
“Di sini, pertama kali kujumpai gadis ….” Kuambil kembang pertama dan kedua. Lalu kusorongkan.
Ia tercekat. Menerimanya. Menciumnya.
“Kita jadi ke Selasar …?”