***
Grung, grung!
Sonata membawa Tika. Tika menegakkan badan sekali, sambil membetulkan baju putih yang membuatnya anggun. Ditambah seikat kembang putih, yang kemudian berada di perut sang lelaki. Sebelum keduanya menyempurnakan helm ditangkupkan lebih dalam.
“Kita ke mana?”
“Ke mana pun jadi.”
“Karena kau tlah menjadi milikku.”
“Karena kau menjadi milikku juga.”
Membelah kota dalam keramaian sore, membuat berpasang-pasang mata menggeleng-gelengkan kepala. Sebagian berdecak. Adakah yang lebih bahagia dari Sonata-Tika? Mereka tak mengenal sekaligus tak tahu sepasang manusia itu. Akan ke pantai asa.
Langit bersemu lembayung. Teja menjadi lukisan lebih indah dari hari-hari kemarin ketika mereka berada di dermaga itu.
“Langitnya sama.”