Pak Bambang segera akrab dengan mantan orang penting di Era Orde Baru. Jabatannya, luyaman ditakut-segani, meski ia berpembawaan santai dengan kerap dengan humor-humornya. Di antaranya ketika marak sejenis “judi” bernama SDSB yang diplesetkan menjadi Sudomo Datang Semua Beres.
“Orangnya ramah, meski tetap berwibawa,” tutur Pak Bambang yang berada di Pulau bersama Pak Domo itu.
Ketersambungannya, karena Pak Domo orang yang senang dipijit. Nah, ada teman Pak Bambang yang hampir tiap pagi rumah Pak Domo yang pernah menikah dengan seorang artis. “Pak Domo memang orangnya senang dipijit. Ya, karena saya bisa, jadi nyambung. Ibaratnya, saya jadi mudah dan tidak canggung. Bisa ngobrol saat memijitnya,” kata Pak Bambang.
Perbincangannya sendiri, macam-macam, terutama tentang masa lalu lelaki asal Jawa yang senang berkelakar itu. Termasuk menyebut dirinya lelaki yang sering dikerubuti wanita. “Satu tahun kemudian, ketemu dengan Pak Domo di Hotel Sahid,” lanjut Pak Bambang.
Dan oleh oleh-oleh dari “kerja” Pak Bambang itu tak lain karena kepiawaiannya dalam soal terapi yang diterapkannya. Meski itu dilakukan, kadang dengan suka rela. Maka ketika akan pulang dan ia diberi satu boks penuh ikan kakap merah melalui asisten Pak Domo bernama Pak Eddy tak ditampiknya. Jauh lebih mahal daripada “jasa” pijitannya. “Kejadian pada tahun 2010 sepuluh itu cukup membekas,” kenang Pak Bambang.
Sebenarnya, itu buah dari uluran tangannya kepada para mahasiswa itu. Dan kebiasaannya memberi bantuan sehingga ia makin dikenal sebagai Si Ringan Tangan dari Kepulauan Seribu. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H