“Saya nggak enak kalau ke rumahnya. Takut istrinya kaget dengan saya.”
“Oh, kenapa?”
“Karena selama ini istrinya menjadi pengikut saya.”
Pengikut apa? Kayak ketua partai saja. Namun sesungguhnya mereka bertiga gak suka dengan lelaki yang mengaku Jonru itu.
Lama hening lagi. Tak juga kunjung nungul tuh Si Tigor. Padahal, tanpa kedatangan Jonru, ia berjanji untuk melanjutkan perbincangan soal hangat wanita yang keracunan nenggak kopi dan lanjut hilang nyawa. Ya, di café elit.
“Tampaknya ada hal penting benar anda untuk ketemu dengan Tigor?” korek Asep, iseng.
“Oya. Sangat!”
“Menyangkut apa tuh?”
“Hal yang sangat legendaris.”
“Legendaris?” serempak Kromodongso, Daeng dan Asep nggembor.
“Ya. Soal Pantai Beringin.”