Tulis saya sebagai editor perihal buku yang sudah diniatkan oleh Pak Tjip sejak beberapa waktu lalu. Buku dalam bentuk terima kasihnya terhadap para kompasianer. Karena telah menjadi teman dan bisa diajak dalam berkomunikasi di kolam bernama Kompasiana. Untuk berbuat yang diharapkan bisa berguna bagi kompasianer yang lebih muda, yang bisa memanggilnya opa, bapak, om atau abang.
Oleh karenanya di booth KutuBuku menjadi sebuah pemandangan tersendiri. Dua hari berturut-turut Pak Tjip nyanggong ditemani Bu Lina menandatangani buku itu. Dan bahkan Pak Tjip memberi memberi saya sebungkus nasi Padang sengaja dibeli di Rumah Makan langganan kepada saya, di mana kami kerap bertemu. Seratus meter dari Istana. “Ini bisa untuk makan siang Pak Thamrin,” katanya.
Bu Roselina Tjiptadinata dan Pak Tjip diwawancarai Yayat (KYB), live streaming. (foto: dok KutuBuku).
Aha!
Itulah bentuk perhatian sekecil-kecilnya Pak Tjip. Yang bisa dirasakan oleh kompasianer lain. Termasuk mengirimkan buku secara cuma-cuma dan Pak Tjip yang membiayai, bahkan termasuk ke Jerman, misalnya, yang ongkosnya lebih dari seratus ribu rupiah.
Tak pelak, himpunan tulisan dalam Sehangat Matahari Pagi ini menjadi buku spesial dan sebuah angan yang awalnya tak terbayangkan oleh Pak Tjip. Sebuah niatan karena kecintaan akan persahabatan yang sesungguhnya. “Sehangat Matahari Pagi itu adalah buku paling inspiratif yang saya punya dari segi isi, partisipasi, pelaksanaan dan penyajiannya. Kalau dari segi isi, dulu saya pernah punya buku-buku “Chicken Soup for The Soul” yang dipinjam dan semua tak kembali,” tulis Suyono Apol setelah menerima buku Sehangat Matahari Pagi yang saya poskurirkan.
Oleh karenanya, dua hari berturut-turut nyanggong di booth KutuBuku sebagai bagian kecintaannya pada para sahabat kompasianer. Atau dalam bahasa sang pendampign setia, Bu Lina, “Kami memilih ke Kompasianival, dan menggeser acara lain untuk bertemu dengan teman-teman. Senin, kami ke Australia.”
Dengan telaten, Pak Tjip menandatangani buku Sehangat Matahari Pagi kepada kompasianer yang berkontribusi atau tribute, boleh, baginya. Buku dengan ketebalan 256 halaman yang saya kerjakan dengan semangat Pak Tjip mencintai dan merangkul untuk sebuah persahabatan: Karena ia sudah menjadi magnet bagi Kompasianer yang sudah berada di kolam yang sama di Kompasiana ini.
Selamat menulis lagi, Pak Tjip. ***