Sepertinya label perempuan yang harus bisa melakukan seluruh pekerjaan rumah tangga telah menjadi pola pemikiran yang mutlak bagi hampir semua golongan masyarakat.Â
Pemikiran jika istri harus bisa membereskan rumah dengan bersih dan rapi, pemikiran jika anak perempuan saja yang diwajibkan untuk membantu melakukan pekerjaan rumah inilah yang sepertinya sudah mengakar, ya? T
ak ayal jika perempuan dan pekerjaan rumah tangga memiliki hubungan yang sepertinya tidak dapat terpisahkan. Lagi, biasanya bagi para calon istri biasanya akan dicerca oleh pertanyaan yang kerap diajukan seperti, "bisa bersih-bersih rumah, nggak?"
Bahkan menurut hasil riset yang telah terbit di Jurnal Work, Employment, and Society memaparkan jika hampir semua istri melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tenggat waktu mencapai 16 jam setiap minggu.Â
Sedangkan, rata-rata para suami hanya mengerjakan pekerjaan rumah dalam kurun waktu kurang dari 6 jam setiap minggu.
Pekerjaan rumah tangga yang seperti telah menjadi 'kodrat'nya perempuan ini telah dilakukan secara turun-temurun. Tak sedikit para suami yang seolah-olah membuat pekerjaan rumah tangga menjadi kewajiban penuh yang harus diselesaikan oleh istri.Â
Padahal banyak para ibu rumah tangga di luar sana yang tak hanya berjibaku pada pekerjaan rumah tangga saja.Â
Masih banyak di luar sana wanita karir yang masih harus mengurus anak dan dibebani dengan pekerjaan rumah tangga. Dan sang suami? Hanya menunggu untuk dilayani oleh istrinya saja.
Adapun anak-anak perempuan yang selalu disuruh untuk membantu melakukan pekerjaan rumah sementara para orang tua malah membebaskan anak laki-lakinya tanpa diberikan tanggung jawab akan pekerjaan rumah.Â
Ucapan seperti, "anak perempuan harus rajin bersih-bersih rumah" atau "jadi anak perempuan harus bisa mencuci sampai kinclong, mengepel sampai tidak ada debu yang menempel" dan lain sebagainya.Â
Ungkapan-ungkapan seperti itu memang ada benarnya, namun ayolah ayah dan bunda, berikan tanggung jawab pula pada anak laki-laki yang sekiranya sudah beranjak remaja untuk ikut andil dalam kegiatan pekerjaan rumah tangga.Â
Toh, tidak ada salahnya jika laki-laki ikut membantu mengepel, menyapu, dan lain sebagainya. Harga dirinya tidak akan pernah turun.
Padahal sejatinya pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci, menyetrika pakaian, dan lain sebagainya adalah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh semua orang lho.Â
Pasalnya, pekerjaan rumah tangga sebenarnya termasuk ke dalam skill dasar yang dimana semua orang baik itu laki-laki atau perempuan pasti bisa melakukannya.Â
Jadi tak ada salahnya untuk membagi pekerjaan rumah tangga ke anggota keluarga yang lain baik itu untuk perempuan maupun laki-laki.
Nah, bagi para ibu yang dirasa kesulitan untuk membagi pekerjaan rumah bisa melakukan beberapa cara, nih. Yang paling mudah bisa dengan membagi pekerjaan kepada anggota keluarga secara adil sesuai dengan kemampuan masing-masing.Â
Bisa dengan ibu yang melakukan pekerjaan mencuci pakaian, ayah yang membantu mengepel, kakak yang melakukan kegiatan cuci piring, adik yang melakukan kegiatan menyapu dan lain sebagainya.Â
Namun, akan ada baiknya jika melakukan pembagian tugas ini dengan berunding dengan semua anggota keluarga, agar semua dapat ikut andil.
Agar pembagian pekerjaan rumah tangga menjadi lebih tertata, maka buatlah jadwal dan kemudian tempelkan di tempat-tempat yang sering di lewati. Bisa di tempel pada pintu kulkas, atau tempat-tempat lain yang sekiranya kerap dijumpai oeh anggota keluarga.Â
Dan, untuk melakukan pekerjaan rumah tangga ini juga harus dilakukan secara konsisten, tidak hanya sekali atau dua kali saja. Mungkin dapat dibuat perjanjian diantara anggota keluarga mengenai sanksi apa yang cocok untuk digunakan apabila ada yang tidak mau melakukan pekerjaan rumah.
Namun perlu diingat, jika bagi anak-anak semuanya harus dilakukan dengan sabar dan pelan-pelan agar anak dapat melakukan pekerjaan rumah secara sukarela.
Dengan cara membagi pekerjaan rumah ke seluruh anggota keluarga akan membuat semua menjadi ikut merasakan jika melakukan pekerjaan rumah tangga itu tidak mudah dan memerlukan tenaga yang ekstra.Â
Kemudian akan timbul rasa saling menghargai antara keluarga. Contohnya seperti jika anak yang setelah selesai bermain harus merapikan mainannya sendiri karena tahu jika merapikan mainan itu juga melelahkan.Â
Hal ini juga dapat mendorong agar dapat menumbuhkan sikap mandiri dan tidak mudah bergantung pada orang lain, khususnya bagi anak-anak. Penerapan pembagian pekerjaan rumah ini juga dapat berguna bagi para ibu yang sedang melakukan pendidikan bagi anak-anaknya.
Adanya pembagian tugas dalam melakukan pekerjaan rumah tangga ini termasuk hal yang sangat penting. Karena ada kalanya ibu atau istri tidak bisa berada di rumah 24 jam penuh dalam setiap harinya.Â
Akan ada hari dimana para perempuan ini mengalami kondisi tubuh yang kurang sehat, akan ada hari dimana para perempuan ini pergi dengan kurun waktu yang cukup lama pula.Â
Lalu siapa yang akan membuatkan masakan? Atau, siapa yang bisa mencuci pakaian? Hal-hal yang dipikirkan cukup sepele inilah yang akan menjadi ruwet jika tidak terbiasa dalam melakukannya. Sehingga sangat perlu untuk melakukan pembagian tugas dalam melakukan pekerjaan rumah tangga.
Sekali lagi, tidak ada salahnya bagi para laki-laki untuk membantu melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain dapat meringankan beban anggota keluarga yang lain, dengan melakukan pekerjaan rumah tangga juga dapat mempererat rasa kekeluargaan.Â
Selain itu juga dengan membuat senang istri, ibu, atau anak-anak perempuan juga akan membuat hati menjadi ikut bahagia bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H