Setiap pemimpin mempunyai cara tersendiri dalam hal memimpin. Ada yang mengandalkan keegoannya, kepintarannya, relasinya, maupun famousnya. Ego tidak akan mengantarkan pada baiknya suatu masalah. Pintar tidak akan memberikan kesempatan kepada yang lain untuk berargumentasi.Â
Relasi tidak akan terlaksana kecuali adanya kerja tim, dan famous tidak menjamin keberhasilan. Namun garis besar konsep kepemimpinan itu ada tiga tipe: tipe otoriter (semua kebijakan ditetapkan oleh pemimpin sendiri); tipe lissez faire (pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota); dan tipe demokratis (pemimpin mengikut sertakan seluruh anggota dalam mengambil keputusan).
Dalam jurnal karangan Widya Flima Sari dan Hade Afriansyah (Kepemimpinan Pendidikan, 2020) (Angin & Yeniretnowati, 2022)ada empat pola perilaku kepemimpinan yang lazim disebut gaya kepemimpinan yaitu perilaku instruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif.
- Perilaku instruktif adalah komunikasi satu arah, pemimpin membatasi peranan bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab pemimpin pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat.
- Perilaku konsultatif adalah pemimpin yang masih memberikan instruksi yang cukup besar serta menentukan keputusan, diharapkan komunikasi dua arah dan memberikan suportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan dan perasaan bawahan dalam mengambil keputusan, bantuan terhadap bawahan ditingkatkan tetapi pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.
- Perilaku partisipatif adalah control atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antar pimpinan dan bawahan yang seimbang, pemimpin dan bawahan juga sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin mendengarkan secara intensif keluhan bawahannya, keikutsertaan bersama dalam pemecahan dan pengambilan keputusan makin bertambah.
- Perilaku delegatif adalah pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan, bawahan diberi hak menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan, dan bawahan diberikan wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri.
Sebagai seorang pemimpin seharusnya mengetahui dan memahami kepemimpinan seperti apa yang layak untuk ditranformasikan ke dalam bentuk tindakan. Sehingga upaya nilai keberhasilan jauh akan lebih terasa. Suatu komunitas dikatakan berhasil karena adanya sebuah tim atau kerja keras, sedangkan kegagalan komunitas dikarenakan pemimpin.Â
Satu tambahan dari penulis bahwa keberhasilan yang sebenarnya harus dimiliki seorang pemimpin yaitu apabila mampu menyatupadukan anggotanya-menyambungkan yang tidak nyambung dan menghubungkan yang tidak terhubung- yang semuanya dibungkus dengan kata "sanggup".
Menutup tulisan ini, Jonathan Parapak memberikan kiat-kiat kepemimpinan yang finishing well apabila seorang pemimpin mempunyai sikap kepemimpinan hamba, kepemimpinan berintegritas, dan kepemimpinan efektif (Angin & Yeniretnowati, 2022). Pada sikap kepemimpinan hamba, Jonatan Parapak mengikuti teladan Yesus Kristus, sementara kita mengikuti Tuhan Yang Mahaesa (Allah SWT). Wallahua'lam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI