Ikan kecil ada dagingnya. Ikan besar ada tulangnya. Sekecil apapun yang kita punya pasti ada potensinya. -Arnitta
Akhir-akhir ini, aku sering buka Youtobe dan dengarin Podcast. Untuk sementara, podcast yang aku suka punya bang Daniel Tetangga Kamu. Video yang diunggah menceritakan tentang bagaimana sikap seorang tetangga antar tetangga tanpa melihat adanya keyakinan yang dianut. Nanti aku tulis di episode blog selanjutnya ya. Sekarang fokus ke Mbak Arnitta dulu.
Baik. Mbak Arnitta ini seorang perempuan kelahiran Medan, Sumatera. Ia dididik oleh orang tuanya sedisiplin mungkin, akibatnya ia selalu memperoleh juara satu dari SD sampai SMP. "Kalau kamu juara, ayah kasih uang jajan, tetapi kalau ga juara, ayah ga bakal ngasih uang jajan." Ungkap ayahnya. Namun pada akhirnya karena hidup bukan melulu tentang di atas, tepat kelas 5 SD semester 1, Mbak Arnitta gagal meraih juara satu, ia turun selangkah. Sang Ayah tidak akan menarik kembali apa yang telah dikatakannya waktu itu. Hilanglah selama satu semester uang saku dari sang Ayah. Setelah itu, Mbak Arnitta tak patah semangat, ia bangkit dan belajar lebih giat lagi. Proses tidak pernah menghianati hasil, juara satu kembali digenggam sampai tamat SMP. Nilai lebihnya, setelah lulus dari SMP, ada tawaran beasiswa dari SMA Katolik. Tanpa pikir panjang, ia mengambilnya. Â
"Ayah melepas tanggung jawab kalau sudah lulus SMA, kalau mau lanjut pendidikan harus mencari biaya sendiri, kata Mbak Arnitta di podcast Rukun Indonesia.Â
Selama tiga tahun di SMA Katolik, ia tetap menunjukkan karakter didikannya sang Ayah, menjadi seorang yang juara. Berakhir dengan manis dan lagi-lagi tawaran beasiswa ke IPB (Institut Pertanian Bogor). Di sinilah cerita dimulai. Tentang seorang perempuan yang hijrah dari keyakinannya. Tentang seorang wanita yang mampu bertahan di atas pilunya keluarga. Tentang seorang perempuan yang tidak salah dalam memilih. Tentang seorang permpuan yang harus berprestasi.
Mbak Arnitta adalah seorang perempuan yang beragama kristen. Dia menjadi muallaf sejak menjadi maba di IPB. Waktu itu, dia sekamar dengan orang muslim, perempuan (kalau laki-laki bisa bahaya nih, coba saja liat gambarnya di atas, cantik bukan?) Perempuan muslim itu sedang membaca al-Qur'an di dekat Mbak Arnitta.Â
"Emang ga bisa bca dalam hati ya?" Ucap Mbak Arnitta.Â
"Nggak bisa, membaca al-Qur'an itu harus dilafalkan agar tahu mana letak kesalahannya nanti." Jawab si perempuan muslim.Â
Kejadian itu membuat Mbak Arnitta kesal banget dan di hari berikutnya, ia membalas dengan membacakan ritual ibadahnya seraya nyaring. "Bukankah di agamamu bisa dibaca dalam hati, dan itu pun pakai bahasa Indonesia?" respon perempuan muslim. "Iya juga ya." Benak Mbak Arnitta.
Di IPB, mahasiswi memakai kerudung, pada akhirnya di minggu pertama Mbak Arnitta mulai mencari referensi/pengetahuan tentang Islam. Ketemulah dengan Video Dr. Zakir Naik yang menyatakan "Islam itu lebih Kristen daipada Kristen." Ia marah besar tidak terima dengan hal itu. Ia terus menonton video Dr. Zakir Naik yang membahas Islam sembari membuktikan dari setiap kalimat yang diucapkan. Kita tahu sendiri kan bagaimana Dr. Zakir Naik ketika beragumen? Ia pasti mendasarinya dengan dalil dan anehnya ia hapal semua termasuk bibel. Mbak Arnitta akhirnya takjub dan memutuskan untuk masuk Islam. Diikuti juga dengan menonton cermah UAS, Adi Hidayat, Hannan Attaki. Bertambahlah keyakinnya untuk masuk Islam.
Setelah masuk Islam, apa yang terjadi kemudian? Ia memberi tahu sang Ayah dan Ayah marah besar karena Mbak Arnitta pindah keyakinan. Akhirnya dicoretlah namanya dari KK. Begitu memilukan bukan? Tapi Mbak Arnitta tidak putus asa. Ia akan tetap terus membuktikan pada Sang Ayah bahwa Islam itu agama yang ramah dan damai.
Pada awal-awal ia ikrar atas nama Islam, tentu cobaan datang secara perlahan. Semula ia goyah dengan keyakinan yang dianut, tetapi ia tetap bertahan. Karena kalau menyerah, betapa banyak orang yang akan menertawakan. Ia akan membuktikan bahwa pilihan yang telah ia pilih sepenuh hati (Islam) adalah jalan yang sebenarnya.
Berbagai cobaan, ia hadapi dengan tenang karena Allah pernah berfirman, "Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan." Maka daripada itu, ia yakin dengan cobaan yang sedang dialami. Namanya juga mau naik kelas, harus ada ujiannya dong. Pikir Mbak Arnitta.
Setelah dikeluarkan dari KK, beasiswa dari IPB pun putus. Ia hidup semakin hidup tak karuan. Kenapa setelah masuk Islam, hidupku jadi berantakan gini ya? padahal dulu waktu masih Kristen nyaman-nyaman saja. Tapi apa? ia tetap bertahan karena Tuhan pasti tahu apa yang sedang dialami hambanya. Selang beberapa hari kemudian, adiknya lulus dari SMP dan ingin menlanjutkan ke jenjang SMA tapi tidak mau di kampung halamannya. Diteleponlah Mbak Arnitta.Â
"Kak, aku mau lanjut di SMA tapi tidak tahu mau kemana," Ucap sang adik.
"Ke Bogor."
Berangkat sang adik ke Bogor dan ditempatkan di SMA Islam terpadu. Agamanya Kristen tapi masuk sekolah Islam, aneh bukan?
Ada tiga permasalahan yang sedang diusung Mbak Arnitta; dikeluarkan dari KK, beasiswa diputus, dan sang adik. Mulailah diputar otak. Keluarga sudah tidak bisa diandalkan lagi, ia harus mencari uang sendiri. Kalau pendidikan aku dipending itu masih bisa, tapi kalau pendidikan adik yang dipending akan sulit baginya untuk lanjut ke PT. Itulah suara hati Mbak Arnitta. Dipendinglah kampus selama 2 tahun. Ia menjalani proses dua tahun untuk mencari uang. Jualan donat ke kampus, les privat adik-adik teman sekampusnya. Alhamdulillah berkat semua itu, Mbak Arnita bisa membayar uang sekolah adiknya dan melanjutkan kembali perjalanan pendidikan di IPB.
Apa yang terjadi sekarang dengan Mbak Arnitta dan adiknya? Adiknya muallaf juga bahkan lebih pintar ngajinya sedangkan Mbak Arnitta mulai kerja di Turki-setelah sebelumnya mencari pekerjaan di LinkedIn-sekaligus melanjutkan pendidikan S2 di sana. Satu-satunya mahasiswa dari IPB yang sekolah di PT sana.Â
Apa yang bisa kita petik dari kisah ini? Sebagai manusia, kita tidak boleh mengeluh meskipun masalah yang kita hadapi sangatlah berat. Teruslah berdo'a kepada Tuhan dan jangan lupa dirikan salat. Karena jika kita tidak melakukan sekali, selanjutnya akan malas, malas, dan malas. Tuhan pasti mengabulkan do'a kita dan Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Itulah pesan dari seorang muallaf tentang keyakinan. Sedangkan pesan untuk pendidikan, jangan takut IPK rendah karena yang akan dilihat adalah kerja dan profesionalitas kita. Ikutilah acara-acara di luar kampus yang kita sukai, seminar motivasi untuk menambah kekuatan kita untuk bergerak. Dengan begitu, apa yang kita harapkan bukanlah suatu hal yang sia-sia. Good Luck.
Terima kasih Mbak Arnitta untuk kisah hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H