Pada awal-awal ia ikrar atas nama Islam, tentu cobaan datang secara perlahan. Semula ia goyah dengan keyakinan yang dianut, tetapi ia tetap bertahan. Karena kalau menyerah, betapa banyak orang yang akan menertawakan. Ia akan membuktikan bahwa pilihan yang telah ia pilih sepenuh hati (Islam) adalah jalan yang sebenarnya.
Berbagai cobaan, ia hadapi dengan tenang karena Allah pernah berfirman, "Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan." Maka daripada itu, ia yakin dengan cobaan yang sedang dialami. Namanya juga mau naik kelas, harus ada ujiannya dong. Pikir Mbak Arnitta.
Setelah dikeluarkan dari KK, beasiswa dari IPB pun putus. Ia hidup semakin hidup tak karuan. Kenapa setelah masuk Islam, hidupku jadi berantakan gini ya? padahal dulu waktu masih Kristen nyaman-nyaman saja. Tapi apa? ia tetap bertahan karena Tuhan pasti tahu apa yang sedang dialami hambanya. Selang beberapa hari kemudian, adiknya lulus dari SMP dan ingin menlanjutkan ke jenjang SMA tapi tidak mau di kampung halamannya. Diteleponlah Mbak Arnitta.Â
"Kak, aku mau lanjut di SMA tapi tidak tahu mau kemana," Ucap sang adik.
"Ke Bogor."
Berangkat sang adik ke Bogor dan ditempatkan di SMA Islam terpadu. Agamanya Kristen tapi masuk sekolah Islam, aneh bukan?
Ada tiga permasalahan yang sedang diusung Mbak Arnitta; dikeluarkan dari KK, beasiswa diputus, dan sang adik. Mulailah diputar otak. Keluarga sudah tidak bisa diandalkan lagi, ia harus mencari uang sendiri. Kalau pendidikan aku dipending itu masih bisa, tapi kalau pendidikan adik yang dipending akan sulit baginya untuk lanjut ke PT. Itulah suara hati Mbak Arnitta. Dipendinglah kampus selama 2 tahun. Ia menjalani proses dua tahun untuk mencari uang. Jualan donat ke kampus, les privat adik-adik teman sekampusnya. Alhamdulillah berkat semua itu, Mbak Arnita bisa membayar uang sekolah adiknya dan melanjutkan kembali perjalanan pendidikan di IPB.
Apa yang terjadi sekarang dengan Mbak Arnitta dan adiknya? Adiknya muallaf juga bahkan lebih pintar ngajinya sedangkan Mbak Arnitta mulai kerja di Turki-setelah sebelumnya mencari pekerjaan di LinkedIn-sekaligus melanjutkan pendidikan S2 di sana. Satu-satunya mahasiswa dari IPB yang sekolah di PT sana.Â
Apa yang bisa kita petik dari kisah ini? Sebagai manusia, kita tidak boleh mengeluh meskipun masalah yang kita hadapi sangatlah berat. Teruslah berdo'a kepada Tuhan dan jangan lupa dirikan salat. Karena jika kita tidak melakukan sekali, selanjutnya akan malas, malas, dan malas. Tuhan pasti mengabulkan do'a kita dan Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Itulah pesan dari seorang muallaf tentang keyakinan. Sedangkan pesan untuk pendidikan, jangan takut IPK rendah karena yang akan dilihat adalah kerja dan profesionalitas kita. Ikutilah acara-acara di luar kampus yang kita sukai, seminar motivasi untuk menambah kekuatan kita untuk bergerak. Dengan begitu, apa yang kita harapkan bukanlah suatu hal yang sia-sia. Good Luck.
Terima kasih Mbak Arnitta untuk kisah hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H