Mohon tunggu...
Rizieq ramadhan
Rizieq ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - full time bengong, part time lover

Anak kesayangan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Influencer Kuasa Media Era Mulyono

3 September 2024   17:27 Diperbarui: 3 September 2024   17:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang kedua adalah Influencer, bagian dari gejala peralihan perspektif media massa. Perubahan pola pemerintah dalam membentuk perspektif publik dipengaruhi jangkauan massa. Mulyono menggunakan influencer sebagai alat promosi kebijakannya, sebab secara sadar pemerintah menghitung persentase penerimaan positif kebijakannya datang dari pengikut influencer tersebut. Influencer memainkan peran signifikan dibalik keberhasilan kebijakan, pemerintah yang terbatas daya komunikasi memanfaatkan mereka menjangkau khalayak luas dengan metode informal. Industri media dan humas sebagai alat propaganda dan komunikasi persuasif, menggaet influencer dan pengikutnya dalam satu gerbong.

Hal tersebut yang bisa terlihat dari approvel rating menjelang lengser, Mulyono sama sekali tidak melupakan cara memimpinnya yang populis. Masyarakat yang mudah terpengaruh masuk dalam perangkap kontrol sosial oleh influencer melalui pesan-pesan persuasif dan utopis, maka Humas mengharuskan menyembunyikan realitas dari permukaan. Itu yang diawal disebut sebagai manipulasi pikiran publik, masyarakat merasa baik atas berbagai kecacatan dan kealpaan pemerintah dalam berkebijakan. Pemerintah mengeluarkan dana besar untuk mengundang influencer datang ke IKN dengan tetap sembari melarang masyarakat adat tergusur sekedar melihat dari jauh. Maka sebetulnya media-media semacam watchdoc, greenpeace dan sejenisnya menggoyang Industri humas jadi-jadian pemerintah yang berpotensi memudarnya kepercayaan Investor.

Industri humas adalah Industri besar yang rela merogoh kocek dalam-dalam untuk memengaruhi dan merubah opini publik.

Masyarakat lantas terpaksa menggunakan media swadaya sebagai wadah narasi tandingan. Meramaikan media sosial dengan intensitas dan jumlah orang, sebab Industri humas dan media hanya bisa dikalahkan dengan gerakan. Setidaknya kekuatan jumlah massa menentukan seberapa kuat perlawanan atas kuasa penguasa dan uang, Model perlawanan "media lawan media". Industri humas dunia kontemporer merubah konstelasi perlawanan uang lawan uang, sementara uang yang menguasai media manggandakan kekuatan pengaruh pikiran publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun