Mohon tunggu...
TFR EDU
TFR EDU Mohon Tunggu... Lainnya - Widyaprada

- Pengembangan Model - Pengembangan Mutu Satuan Pendidikan - Peningkatan SDM (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan tenaga kependidikan lainay) di Satuan Pendidikan - Membaca, menulis - Olahraga (Badiminton)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendampingi AUD dalam PBL

21 Juni 2022   07:38 Diperbarui: 21 Juni 2022   07:56 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(Tri Fatchur Rohman_WP BP PAUD dan Dikmas Papua). Amanat surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19, menjelaskan bahwa sistem pendidikan di Indonesia dialihkan menjadi pembelajaran daring. Untuk anak-anak usia dini, pembelajaran paling cocok yang bisa diterapkan di masa pandemi adalah project based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek.

Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran seperti tertuang dalam Permendikbud No 20 tahun 2014. 

Model pembelajaran ini merupakan pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata, kendati demikian tentu dalam konteks anak usia dini tentunya peserta didik perlu dan harus ada pendampingan dari orang tua mengingat juga dimasa pandemi peran guru akan digantikan sepenuhnya oleh orang tua dalam pempelajarn anak selama dirumah.

Pembelajaran berbasis proyek juga akan melatih siswa untuk bisa berpikir kritis dan mengaplikasikan problem solving dalam pengambilan keputusan apapun yang akan para peserta didik hadapi nantinya. Terlebih lagi, PBL juga menanamkan pentingnya literasi, sebagai basis berpikir kritis tersebut dan juga pengintegraisan konsep STEAM yang sangat dibutuhkan anak di masa depan.

Urgensitas penerapan pembelajarn berbasis proyek, akan sedikit bisa terdistorsi ketika orang tua yang akan menggantikan peran guru selama masa pembelajaran di rumah akibat pandemi covid, tidak bisa memahami konsep ini dengan baik. 

Bisa jadi pembelajran dirumah dengan konsep proyek tidak akan bisa berjalan sesuai dengan harapan anak, oleh akrenanya orang tua juga perlu diberikan pemahaman awal terkait pembelajran berbasis proyek ini, serta diberikan panduan teknis bagaimana langkah-langkah mendampingi anak selama pembelajaran proyek di rumah.

Paling tidak terdapat empat hal yang perlu dilakukan Orangtua ketika mendampingi anak dalam mendampingi anak menyelesaikan proyek bermain di rumah pada setiap tahapannya. Keempat hal tersebut dibawah ini merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dan tidak bisa dipisah-pisahkan dalam mendampingi anak menyelesaikan proyek bermain di rumah.

1) Ajak

Awal dari kegiatan proyek bermain adalah peran Orang Tua untuk memancing anak mengemukakan ide-ide/gagasan, melakukan investigasi/penyelidikan yang lebih sering dikenal dengan istilah eksplorasi dan menyempurnakan produk-produk yang telah dibuat oleh anak. 

Untuk memancing anak tertarik melakukan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : menceritakan sebuah obyek secara langsung yang ada di dalam rumah dan luar rumah; menonton televisi, bersendagurau dan lain sebagainya; menceritakan peristiwa-peristiwa; menunjukkan gambar-gambar; dan membacakan buku cerita. Hal ini juga merupakan awalan dari proses saintifik pada anak dalam belajar sambil bermain. 

Agar kegiatan bermain melalui proyek dapat maksimal dan bermakna maka Orang Tua perlu menyiapkan bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan proyek bermain. 

Selanjutnya Orang Tua mengajak anak untuk bermain sesuai skenario dengan terus memberikan motivasi dan semangat agar anak selalu dalam keadaan bahagia mengikuti tahapan-tahapan bermain sesuai scenario agar terwujudkan kegiatan yang bermakna. 

Orang Tua juga perlu mengajak berpikir anaknya untuk terus menyempurnakan produknya dengan cara menguji hasil produk melalui konsep-konsep ilmu pengetahuan, matematika dan estetika.

2) Dengar

Orang Tua perlu berbicara kepada anak untuk membuka percakapan, sehingga mendorong anak agar berbicara lebih banyak, berbagai ide-ide dan perasaan. 

Dengan pembicaraan yang bisa membuka percakapan, anak merasa bahwa Orang Tua benarbenar mendengarkan dan tertarik pada apa yang anak ungkapkan, dengan begitu anak akan merasa bahwa ide-idenya penting, dan yang Orang Tua lakukan adalah menerima dan mendengarkan si anak serta menghormati apa yang dikatakannya. 

Contoh: Oh begitu...., Oh....., Mm......hmmmm, Sungguh?, bagaimana itu bisa terjadi?, ceritakanlah lebih banyak lagi!, coba ulangi kembali supaya ibu benar-benar mengerti, benarkah?, luar biasa!, menarik sekali. (Sit, 2016)

Pada saat tertentu anak ingin didengarkan, pada saat itu kita perlu menghentikan kegiatan yang tengah dilakukan, berbaliklah kepada anak dan katakan kepadanya "apakah kamu ingin bicara dengan bunda sekarang?" jika anak mengatakan "iya" maka luangkanlah waktu untuk mendengarkannya terlebih dahulu, anda bisa mengatakan"baiklah" bunda akan matikan dulu kompornya, agar bunda bisa mendengarkan ceritamu dengan fokus". Atau jika pekerjaan anda benar-benar tidak bisa ditinggal, maka anda dapat berkata "maaf sayang", bunda sebenarnya ingin sekali mendengarkannya sekarang, tetapi tugas bunda tidak dapat ditinggalkan. 

Bagaimana jika kita bercerita setelah makan malam?" anda wajib untuk mendengarkan ceritanya yang tertunda setelah makan malam usai. Dan saat anak bercerita maka perhatikanlah (Sit, 2016)

Dengan membiasakan diri mendengar ide-ide atau gagasan anak maka akan terbangun kepercayaan diri pada anak. Orang Tua perlu mendengar anak pada setiap tahapan bermain dalam menyelesaikan proyek yakni pada saat anak mengamati, mendefinisikan, menginvestigasi dan pengembangan produk

3) Ikuti

Jika anak mengetahui bahwa Orang Tua menerimanya apa adanya, hal itu akan memungkinkan si anak untuk tumbuh, berubah dan merasa nyaman akan dirinya sendiri. Dan anak yang merasa dirinya diterima akan lebih banyak bercerita atau lebih terbuka tentang perasaan dan masalahnya. 

Jika orang dewasa mengancam, memerintah, berkhotbah atau menguliahi anak akan merasa dia tidak dianggap, dia merasa buruk, dia merasa kita tidak menyukainya, dan dia merasa tidak dapat mengerjakan sesuatu dengan benar (Sit, 2016). Sehingga dengan demikian anak akan lebih nyaman melakukan pengamatan, investigasi dan pengembangan.

Oleh karena itu Orang Tua perlu mengikuti minat anak dalam bermain dan selalu memberikan kesempatan untuk mencoba hla-hal baru serta membantu anak apabila mengalami kesusahan dalam artian setelah anak berusaha dengan maksimal atau karena ada alat-alat yang masih tidak sesuai dengan tingkat usia anak

Komunikasi

Bagi Orang Tua adapun salah satu hal penting sebagai tambahan yang harus diaktualisasikan dalam mendidik anak untuk mengembangkan cara berpikrnya dapat juga dilakukan melalui komunikasi yang efektif, karena melalui komunikasi yang baik akan dapat menstimulasi tindakan kreatif mereka. Diharapkan dari komunikasi tersebut anak dapat menemukan, membuat, memecahkan masalah baru dan menentukan probabilitas (Sit, 2016). 

Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa Orang Tua menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misal dengan menunjukkan hasil karya anak kepada pendidik maupun oranglain. Hal ini akan menggugah minat anak untuk berkreasi. (Munandar, 1999 dalam Sit, 2016).

 Oleh karena itu dalam mendampingi anak mengerjakan proyek, Orang Tua perlu merekam aktifitas anak dalam bentuk video, foto maupun catatan-catatan pengamatan. 

Anak juga diminta untuk mengomunikasikan pengetahuan/keterampilan yang telah didapatkan. Mengomunikasikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bahasa lisan, gerakan, hasil karya. 

Kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya: "aku tahu, kalau ......." Biasanya anak menyampaikannya dengan cara menunjukkan karyanya "...aku sudah membuat...." Itu kalimat yang sering disampaikan anak. Dukungan Orang Tua yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. 

Sebaliknya bila Orang Tua mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya maka keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang. Untuk itu dibutuhkan perhatian yang tulus sebagai dukungan Orang Tua pada saat anak mengomunikasikan hasil temuan atau karyanya. (Kemendikbud, 2018)

Pada saat anak mengamati Orang Tua senantiasa mengungkapkan pertanyanpertanyaan dan bercakap-cakap yang mendorong anak untuk memaksimalkan panca inderanya dalam kegiatan pengamatannya. Contoh pertanyaan yang diungkapkan adalah :

1) coba lihat itu apa ?;

2) apa yang kamu dengar ?;

3) coba pegang! apa yang kamu rasa ?;

4) ayok coba dijilat ini rasanya apa ?;

5) coba bunga ini baunya seperti apa ?.

Dalam hal memancing anak untuk mengemukakan ide dan gagasannya juga perlu didukung dengan komunikasi melalui pertanyaan-pertanyaan seperti :

1) apa yang akan dibuat ?;

2) mau menggunakan apa saja ?;

3) bagaimana caranya ?; dan lain sebagainya

Orang Tua juga perlu membangun komunikasi dengan anak dalam mendukung kegiatan investigasi guna menemukan cara terbaik dalam menyelesaikan proyek. Pertanyaanpertanyaan yang disampaikan seperti :

1) bagaimana caranya biar ini dapat sama tinggi;

2) coba kita ukur ini panjangnya berapa;

3) ini mana temannya ? dan lain sebagainya

Komunkasi juga perlu dilakukan untuk mendorong anak menyempurnakan produknya. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu disampaikan adalah :

1) apa yang terjadi kalau ada angina kencang ?;

2) apa sudah bisa menghalangi pencuri untuk masuk ?;

3) apa bisa dilalui mobil yang lebih berat ? dan lain sebagainya

Orang Tua memilki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengasuh anak dirumah sehingga Satuan PAUD tidak boleh membiarkan Orang Tua mendampingi anaknya menyelesaikan proyek dirumah tanpa penguatan-penguatan dari Satuan PAUD. Satuan PAUD sebagai pengendali mutu program Pembelajaran bermuatan STEAM dirumah selalu mendampingi Orang Tua pada saat awal program hingga melakukan perbaikan dan penyempurnaan program agar terus dapat terlaksana sesuai perkembangan zaman. (fatchur)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun