Mohon tunggu...
Nevi Zuairina
Nevi Zuairina Mohon Tunggu... Politisi - Anggota DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Anggota Komisi V DPR RI Periode 2019 - 2024 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan Sumatera Barat II

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyikapi Perbedaan Idul Fitri

20 April 2023   07:17 Diperbarui: 10 Mei 2023   17:06 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang pernah terjadi pada beberapa tahun sebelumnya, tahun ini diprediksi pelaksanaan Idul Fitri di Tanah Air akan berbeda. Ormas Muhammadyah sebagai ormas Islam yang punya masa besar telah menetapkan bahwa pelaksanaan Shalat Ied, atau tanggal 1 Syawal 1444 Hijriyah akan jatuh pada tanggal 21 April 2023 Masehi. Sementara pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama RI baru akan menggelar Sidang Isbat pada hari Kamis tanggal 20 April untuk menentukan jatuhnya tanggal 1 Syawal.

Tidak ada persoalan pada perbedaan ini, karena sejatinya dalam Islam, perbedaan adalah rahmat yang harus disyukuri. Tidaklah masalah jika antara suatu kelompok masyarakat merayakan Idul Fitri pada tanggal 20 April sementara Pemerintah dilkabarkan akan merayakan Idul Fitri pada tanggal 21 April mendatang.

Sebelumnya, perbedaan perayaan Idul Fitri ini sudah terjadi beberapa kali. Baik antara Ormas dengan pemerintah, maupun antara ormas sesama ormas. Di Sumatera Barat saja misalnya, Penganut tarekat Naqsabandiyah biasanya memulai Ramadhan satyu hari lebih awal dari Ormas Muhammadyah atau Pemerintah, sementara Tarekat Syatariah malah mundur satu hari setelah Ormas Muhammadyah atau Pemerintah. Selama itu pula, pelaksanaan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri bverlangsung lancar dan aman aman saja.

Seperti yang sejak awal saya ungkapkan bahwa perbedaan ini adalah sesuatu yang lumrah terjadi dan tidak perlu dipersoalkan. Yang kita jaga adalah jangan sampai dengan adanya perbedaan tersebut, malah menimbulkan perpecahan dan kegaduhan di tengah masyarakat yang justru memperburuk situasi sosial keagamaan kita hari ke hari.

Sejatinya, perbedaan ini harus disikapi sebagai sebuah anugerah dari Allah SWT. Dengan adanya perbedaan perayaan hari raya ini, membuktikan bahwa kita memiliki akal dan pikiran yang tidak sama meski sama sama diberi kekuatan oleh Allah untuk berpikir dan berakal budi.

Justru dengan adanya perbedaan inilah kita harus mempertegas semangat kebersamaan dan persatuan di tengah keberagaman pikrian dan tingkah laku antar sesama ummat beragama. Dengan ini, saya mengajak kita semua untuk terus menjaga silaturahmi danb mencari titik temu dari berbagai perbedaan itu agar tidak menjadi suatu yang merusak kebersamaan kita.

Hormat Menghormati dan Saling Menghargai.

Perbedaan perayaan Idul Fitri 1444 H ini mestinya kita terima dengan senang hati dan tetap kitar rayakan bersama sama dalam suasana suka cita. Apalagi Idul Fitri kali ini adalah Idul Fitri yang kembali normal setelah sejak tahun 2020 silam kita merayakan Idul Fitri dalam suasana keprihatinan dan mencekam akibat pandemi Covid19.

Kita harus merayakan Idul Fitri kali ini dengan memaknai bahwa pada hakikatnya manusia dilahirkan penuh dengan keragaman: ragam agama, suku, bahasa, budaya, adat, makanan dan lain-lainnya.

Karena kemajemukan itulah yang menjadi pewarna kehidupan kita. Adanya keberagaman ini bukanlah untuk memperlebar jurang perbedaan namun keberagaman harus diterima damn dihormati. Sebagai sesama ummat beragama, kita harus menerima kenyataan bahwa umat manusia dilahirkan dalam wujud yang berbeda-beda pun dalam alam pikiran pikiran yang tidak sama pula.

Kitan suci kita Alquran sendiri dalam Surat A Hujarat menjelaskan bahwa sesungguhnya diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kita sebagai berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal satu dengan lainnya.

Kembali ke Idul Fitri, saya meyakini dengan sangat, momentun Idul Fitri tahun 2023 ini adalah momentum kebangkitan ekonomi kita setelah kelelalahan menghadapi badai Covid19 selama tahun tiga tahun silam. Melalui tulisan ini juga saya mengajak warga Sumatera Barat untuk menjaga kesejukan Idul Fitri ini dan bersama sama bangkit serta mengendalikan diri agar tidak terjebak dalam prilaku konsumtif serta benar benar memahami bahwa Idul Fitri adalah hari yang suci dan kiat umat Islam dimanapun berada wajib menjaga kesucian itu dengan sepenuh hati.

Idul Fitri bukan hanya harus dimaknai sebagai hari raya yang eforia. Idul Fitri adalah tentang kesucian dan penghambaan kepada Sang Maha Pencipta. Idul Fitri juga adalah hari kemenangan dimana setiap umat Muslim yang merayakannya pastilah mereka yang sudah berhasil memenangi perperangan melawan hawa dan nafsu selama sebulan lebih di Bulan Ramadan. Sebab itulah, kemenangan setelah mengendalikan hawa nafsunya telah menjadikan manusia kembali suci dan bertaqwa sebagaimana disampaikan Allah dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 183 yang berbunyi "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Jadi, kembali kepada Idul Fitri, pada hakikatnya adalah setiap manusia yang beriman dan menjalankan ibadah puasa akan kembali kepada kesuciannya. Akhir kalam, saya mengucapkan Selamat Idul Fitri 1444 Hijriyah, Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Minal Aidin Walfaidin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun