Mohon tunggu...
Nevi Zuairina
Nevi Zuairina Mohon Tunggu... Politisi - Anggota DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Anggota Komisi V DPR RI Periode 2019 - 2024 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan Sumatera Barat II

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Kanjuruhan, Duka Mendalam Sepak Bola Indonesia

12 Oktober 2022   21:43 Diperbarui: 12 Oktober 2022   21:59 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tragedi tewasnya ratusan penonton dan pendukung kesebelasan PS Arema Malang (Arema FC) pasca pertandingan Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) silam telah mencoreng wajah persepakbolaan Indonesia di pentas internasional. Tragedi tewasnya 131 penonton yang terbanyak adalah Fans Arema FC ini berbanding terbalik dengan prestasi yang akhir akhir ini dipertontonkan oleh Tim Nasional Indonesia baik Timnas Senior maupun Timnas U-23, U-20 dan U-17 dibawah arahan pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-yong.

Duka cita mendalam tentulah harus kita sampaikan kepada semua keluarga korban yang meninggal dunia dalam kerusuhan yang menjadi perhatian dunia tersebut. Kerusuhan di Kanjuruan - Malang menjadi aib terbesar kedua bagi dunia sepakbola internasional setelah era sepakbola modern dan berbagai teknologi canggih dipakai sebagai alat untuk menyelenggarakan sebuah pertandingan sepakbola.

Meski bukan anggota Komisi X DPR RI yang membidangi olahraga, saya menyampaikan himbauan kepada pemerintah, aparat kepolisian dan PSSI dalam hal ini PT Liga Indonesia Bersatu (LIB) untuk mengusut tuntas akar sebab musabab peristiwa ini terjadi. Dan Allhamdulillah, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukkam) telah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta yang diisi oleh nama nama yang kredibel dalam melakukan pencarian fakta dan penyelidikan. Kelak, dalam waktu tiga puluh hari kedepan, kita akan mendapatkan laporan yang akurat, komfrehensif dan faktual terkait apa yang sebenarnya terjadi dan menjadi penyebab dari peristiwa yang memilukan itu.

Tidak ada sebuah prestasi atau keberhasilan yang harus dibayar dengan nyawa. Rasanya terlalu mahal harga yang harus kita keluarkan untuk sebuah pertandingan sepakbola yang berujung dengan tewasnya sanak saudara kita dalam peristiwa pekan lalu tersebut. Oleh karena itu, penyelidikan yang terukur, terarah dan melibatkan pihak pihak yang kompeten dan kredibel adalah sebuah langkah tapat yang perlu diapresiasi.

Setelah ini, apa yang harus kita lakukan ?, tentulah ini sebuah pertanyaan besar yang harus dijawab. Jawaban sederhanya tentulah membenahi dunia persepakbolaan kita. Di tengah gegap gempitanya rasa bangga atas prestasi timnas senior yang kembali bertanding di pentas Piala Asia tahun 2023 mendatang serta keputusan FIFA yang menjadikan Indonesia sebagai Tuan Rumah gelaran Piala Dunia U-20, aib ini harus kita selesaikan sesegera mungkin. Akan tetapi seperti apa bentuk dan pola kerja membenahi sepakbola Indonesia ?, cukupkah hanya dengan itu ? atau memang harus dilakukan pembenahan menyeluruh dari hulu hingga ke hili ?. Jawabnya IYA, pembenahan sepakbola Indonesia yang tengah mekar harus dilakukan secara menyeluruh. Bukan hanya pemain, pelatih, jajaran manajemen klub dan pendukung saja yang harus dibenahi, namun pihak penyelenggara pertandingan, PSSI, PT Liga Indonesia dan bahkan aparat keamanan juga harus dibekali dengan pengetahuan akan dunia sepakbola itu sendiri. Inti dari sebuah pertandingan adalah sportifitas dan kesiapan menjaga emosi. Klub dalam hal ini mulai dari manajemen, pemain, pelatih dan pendukung harus memahami arti dasar dari sebuah sportifitas dan sikap kesatria dalam menerima apapun hasil pertandingan. Panitia pelaksana pertandingan juga harus bersikap profesional dan siap menjalankan perhelatan dan aparat keamanan juga harus paham dengan regulasi baik dari FIFA, PSSI maupun aturan keamaman yang berlaku nasional dari Mabes Polri.

Pembenahan ini harus dilakukan secara paralel dan bersama sama. Tidak boleh ada yang tertinggal dan menjadi bagian tersendiri. Ketiga elemen penting ini harus berjalan bersama seiring jalan dalam berbuat yang terbaik bagi mengembalikan citra olahraga Indonesia yang tengah berangsur membaik seiring prestasi yang ditorehkan oleh atlet atlet di pentas internasional.

Saya membaca komentar dari Simon McMenemy, Mantan Pelatih Timnas Indonesia yang diwawancarai oleh salah satu media online di Inggris pasca peristiwa tersebut. Coach Simon mengatakan bahwa fanatis dan antusias pendukung sepakbola di Indonesia sangat tinggi dan mengagumkan namun sekaligus juga membuat khawatir. Inilah salah satu tugas berat yang harus diselesaikan bersama. Bukan hanya PSSI, Klub dan aparat keamanan, akan tetapi semua komponen harus membenahi fanatisme yang luar biasa ini. Seperti kata Coach Simon, fanatisme yang terlalu besar akan membawa petaka jika tidak dimaintenance dengan baik. Karena itu, kerjasama dan edukasi harus terus menerus dilakukan kepada fans dan pendukung sepakbola dimanapun berada.

Selain itu, investigasi dan penyelidikan yang menyeluruh harus dilakukan oleh Tim Indipenden yang diisi oleh nama nama yang kredibel dan berintegritas tinggi. Nama nama yang diumumkan oleh Kemenko Polhukam beberapa waktu lalu adalah nama nama yang patut kita terima dengan rasa syukur. Kita berharap para jajaran TGPF Kanjuruhan dapat bekerja dengan suasana yang mendukung dan tenang. Ditangan merekalah nasib sepakbola Indonesia saat ini ditumpangkan.

Bukan hanya kita yang menunggu hasil TGPF terkait apa yang sebenarnya terjadi dan menjadi penyebab peristiwa memilukan itu. PSSI dan AFC serta FIFA juga dalam posisi yang sama. Apalagi FIFA selalu otoritas persepakbolaan dunia. Bahkan ada anggapan dan isu yang berhembus mengatakan bahwa Indonesia akan dibanned oleh FIFA sebagai akibat dari peristiwa ini. Namun demikianlah tidaklah elok jika kita menggaung gaungkan sanksi FIFA tersebut. Tidaklah pad tempatnya pula kita menyuarakan kekhawatiran itu, sebab sebagaimana kata orang bijak, "Kata kata adalah Doa". Jika kita terus menerus menggaungkan kalimat itu, sama saja kita akan mendoakan PSSI dan Timnas serta sepakbola kita akan berada dalam masalah besar.

Bisa dibayangkan jika kemudian sanksi FIFA itu diterapkan, akan kemana kita mencari solusi bagi nasib ratusan pemain, penyelenggara dan bahkan ribuan mereka yang mengantungkan hidup dari sepakbola selama ini. Bukan hanya pemain dan pelatih yang akan kehilangan karirnya, akan tetapi juga jajaran manajemen dan penyelenggara yang akan kehilangan mata pencarian dan pekerjaan. Lebih dari itu, UMKM dan dunia usaha kita juga akan merasakan dampak langsung dari adanya pelarangan itu.

Karena itu, eveluasi menyeluruh untuk kebaikan harus kita dukung dan tunggu hasilnya sambil berdoa agar kelak dikemudian hari, sepakbola Indonesia akan makin dewasa dan berprestasi. Hemat saya, investigasi mendalam yang sedang dilakukan semua pihak terkait antara Polda Jatim, PSSI, dan panitia penyelenggara untuk serius mengusut tuntas penyebab kejadian harus diprioritaskan.

Selain itu, Kemenkes harus memastikan setiap rumah sakit dan fasilitas kesehatan mampu dan siap dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap korban kerusuhan di Kanjuruhan. Sebab bencana ini bukan sekedar bencana sepak bola semata, namun juga bencana kemanusiaan. Saya juga meminta pemerintah untuk terbuka dalam melakukan pendataan jumlah korban. Informasi soal jumlah korban keseluruhan ini juga masih menimbulkan pertanyaan dan simpang siur. Pemerintah menyebut korban yang meninggal ada 131 orang sementara suporter Arema mengatakan lebih dari 200 orang.

Oleh sebab itu, pemerintah harus memiliki data akurat dan memastikan seluruh korban dan keluarga korban mendapatkan hak yang sama seperti santunan dan sebagainya.

Akhir kata, saya sekali lagi mengucapkan duka cita mendalam atas musibah yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Semoga yang mendapat musibah diberi kesabaran oleh Allah SWT dalam menerima cobaan ini dan peristiwa serupa tidak akan pernah terulang lagi dimanapun di belahan dunia ini. Tidak ada sepakbola seharga nyawa dan tidak ada prestasi yang harus dibayar dengan nyawa. Maju terus sepakbola Indonesia. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun