Karena itu, eveluasi menyeluruh untuk kebaikan harus kita dukung dan tunggu hasilnya sambil berdoa agar kelak dikemudian hari, sepakbola Indonesia akan makin dewasa dan berprestasi. Hemat saya, investigasi mendalam yang sedang dilakukan semua pihak terkait antara Polda Jatim, PSSI, dan panitia penyelenggara untuk serius mengusut tuntas penyebab kejadian harus diprioritaskan.
Selain itu, Kemenkes harus memastikan setiap rumah sakit dan fasilitas kesehatan mampu dan siap dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap korban kerusuhan di Kanjuruhan. Sebab bencana ini bukan sekedar bencana sepak bola semata, namun juga bencana kemanusiaan. Saya juga meminta pemerintah untuk terbuka dalam melakukan pendataan jumlah korban. Informasi soal jumlah korban keseluruhan ini juga masih menimbulkan pertanyaan dan simpang siur. Pemerintah menyebut korban yang meninggal ada 131 orang sementara suporter Arema mengatakan lebih dari 200 orang.
Oleh sebab itu, pemerintah harus memiliki data akurat dan memastikan seluruh korban dan keluarga korban mendapatkan hak yang sama seperti santunan dan sebagainya.
Akhir kata, saya sekali lagi mengucapkan duka cita mendalam atas musibah yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Semoga yang mendapat musibah diberi kesabaran oleh Allah SWT dalam menerima cobaan ini dan peristiwa serupa tidak akan pernah terulang lagi dimanapun di belahan dunia ini. Tidak ada sepakbola seharga nyawa dan tidak ada prestasi yang harus dibayar dengan nyawa. Maju terus sepakbola Indonesia. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H