Mohon tunggu...
Teuku Azhar Ibrahim
Teuku Azhar Ibrahim Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Program Manager FDP

Lahir di Sigli Aceh, Menyelesaikan study bidang Filsafat di Univ. Al Azhar Cairo. Sempat Menetap Di Melbourne dan berkunjung ke beberapa negara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Logika Tukang dalam Menentukan Calon Legislatif

5 Maret 2024   07:28 Diperbarui: 5 Maret 2024   07:28 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Para Tukang Pemilih  Non-Rasional dan Kontra Sosioligis-Phisikologis                                                     

 

Tukang secara umum adalah golongan ekonomi lemah, walau punya standar upah harian bila dikalkusi bulanan juga memenuhu standar UMR, tapi persoalannya para tukang tidak memiliki kontrak yang berkelanjutan membuat tingkat ekonomi mereka sulit untuk beranjak dari bawak ke menengah.  Sehingga para tukang secara umum tidak mempu merasiokan pola hidup mereka, perjalan hidup sama sekali tidak bisa diprediksi, berjalan begitu saja tampa bisa dipeta, dan dikalkulasi.

 

Maka para tukang akan memfaatkan peluang sebaik mungkin saat mendapat peluang untuk menambah pemasukan. Kalau pun mereka tidak bisa menghitungkan kehidupan yang abtrak tapi dalam menghitung benda bersifat fisik sangat akurat, termasuk mengkalkulasi pemasukan saat para calon legislative menggunakan politik kotor uang untuk mengdapatkan suara. Adapun jaringan informasi untuk menghubungkan tukang dengan para caleg dibangun bersama dari kedua arah. Timses menelusuri Kawasan kongkow tukang biasa menjadi sentral sirkulasi informasi tukang. Dari sisi tukang pun ada agen relawan yang menyebarkan pusat-pusat informasi sumber keuangan dari pergulatan politik kekuasaan.  Bagi tukang, suara punya nilai finansial setiap periode pencalonan dan pesta demokrasi. Tukang melihat pesta demokrasi sebagai sebuah pesta  ril untuk mendapatkan uang ektra tanpa kerja. Teori kutipan Kristiadi  pemilih Sosiologis -- phisokologis tidak banyak membantu memahami logika tukang. Bagi tukang suara adalah bargaining dengan sejumlah angka dan dan mereka terus menego hingga sampai pada angka tertinggi.

 

Analisa in berdasarkan diskusi ringan dengan tukang interior yang  bekerja pada Kuta Niaga Interior dan dalam Komunikasi tersebut, tukang memberi referensi panjang tentang para tukang di bidang berbeda seperti tukang bangunan dan para pekerja serabutan lain yang berdekatan dengan tukang, seperti supir pick up dan truck pasir. Walau tidak semua tukang tapi rata-rata tukang punya jaringan khusus dalam mengakses informasi  dari caleg yang punya kebiasaan menggunakan jasa tukang untuk mengumpulkan suara, dam hampir semua caleg senior punya Komunikasi khusus dengan tukang lewat agen-agen yang bekerja untuk caleg.

 

Proses Nego Rahasia Untuk Menentukan Angka

Untuk para tukang pendekatan telah ditentukan jauh hari sebelum hari H, dengan menghubungi agen-agen yang telah dikenal dan memperkenalkan diri. Biasanya dimulai dengan angka rendah, misalnya pada angkat seratus ribu rupiah per suara, atau sekedar uang kopi. Dengan berjalan waktu angka terus akan meninggkat sesuai negosiasi tingkat kepastian transaksi suara.  Menariknya itu tidak hanya berjalan di satu jalur, agen membuka jalur seluas-luasnya.

Agen membuat kesepakatan dengan tukang tambah komusi agen, misalnya pada caleg A; 100.000.  Caleg B ; 200.000. Caleg C; 300.000.  Caleg D; 400.000 Caleg E; 500.000.  Dana tersebut terus disalurkan sesuai kesepakatan. Adakalanya berjalan mulus, ada juga lost and found. Misalnya  hanya Caleg A, D yang berhasil tapi caleg lain tidak merespon, artinya setiap tukang akan mendapatkan  500.000 putaran pertama potong bea agen. Ketika mendekati hari H caleg ingin memastikan suara akan dia dapatkan dari tukang yang sudah menerima imbalan. Maka tukang dan agen akan meningkatkan bargaining denga caleg pada angka lebih tinggi. Misalnya  Caleg A; 100.000 maka tukang akan mengatakan bahwa ia mendapat 500.000 dari caleg E. Kalau caleg ingin mendapatkan suara di bargaining terakhir itu maka harus berani menawarkan angka di atas 500.000.  dan pada kesepakatan terakhir tukang akan mencoblos angka paling tinggi walau sebelumnya sudah pernah menerima tawaran-tawaran lain di bawah angka bargaining terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun