Mohon tunggu...
Tety
Tety Mohon Tunggu... Human Resources - emak-emak pemalu

suka ngayal yang aneh-aneh

Selanjutnya

Tutup

Horor

Lawu Derilium 2

15 Juli 2024   12:08 Diperbarui: 15 Juli 2024   12:22 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Disclaimer : ini adalah cerita fiksi

"Siapa kamu?" Rian berseru, suaranya bergetar.

Wanita itu mengangkat tangannya, menunjuk ke arah jantung hutan. "Tinggalkan tempat ini," bisiknya, suaranya bergema seperti kenangan di masa lalu. "Tempatmu bukan di sini."

Sebelum Rian sempat menjawab, wanita itu menghilang, meninggalkannya sendirian di tempat terbuka. Kepanikan terjadi ketika dia menyadari bahwa dia tersesat. Dia berbalik, berharap bisa menelusuri kembali langkahnya, tapi hutan sepertinya telah berubah. Jalan yang dulu menuntunnya ke depan kini berputar dan berputar, membawanya semakin jauh ke dalam hal yang tidak diketahui.

Hari-hari berubah menjadi mimpi buruk saat Rian berjalan tanpa tujuan melalui hutan. Perbekalannya berkurang, dan kelelahan pun berdampak buruk. Hutan yang tadinya indah kini tampak jahat, bayangannya menyembunyikan teror yang tak terlihat. Dia diganggu oleh halusinasi, melihat sosok-sosok melesat di antara pepohonan dan mendengar bisikan yang membuatnya ketakutan.

Pikiran Rian mulai kacau. Dia menulis catatan panik di jurnalnya, merinci pertemuannya dan semakin paranoia. Pikirannya yang tadinya jernih kini menjadi campur aduk antara ketakutan dan kebingungan. Dia tidak bisa lagi membedakan antara kenyataan dan ilusi.

Dia menemukan sebuah kuil kuno, ditumbuhi tanaman merambat dan lumut. Keputusasaan mendorongnya untuk mencari perlindungan di sana. Di dalamnya, ia menemukan simbol-simbol yang terukir di dinding batu, menceritakan kisah sejarah kelam gunung tersebut. Kuil itu sepertinya berdenyut dengan energi dunia lain, memenuhi Rian dengan firasat.

Suatu malam, saat dia duduk di dekat api yang berkelap-kelip, suara wanita itu kembali terdengar. "Kau sudah diperingatkan," bisiknya, nadanya dipenuhi kesedihan. "Gunung menuntut pengorbanan."

Rian berteriak dalam kegelapan, kewarasannya menghilang. Dia memohon belas kasihan, meminta jalan keluar dari mimpi buruk yang telah menghabisinya. Namun hutan tetap sunyi, cengkeramannya semakin erat di sekelilingnya.

Hari-hari terakhir Rian dipenuhi kabut delirium dan teror. Dia mencatat pemikiran terakhirnya dalam jurnalnya, menulis tentang kehadiran hantu wanita itu dan gunung yang tak henti-hentinya mencengkeramnya. Tulisan tangannya semakin tidak menentu, mencerminkan turunnya dia ke dalam kegilaan.

Pada hari ketujuh, dalam keadaan lemah dan kalah, Rian pingsan di dekat tepi tebing. Dia menatap hutan luas di bawah, pandangannya kabur. Sosok wanita itu muncul untuk terakhir kalinya, berdiri di tebing curam.

"Mengapa?" Rian serak, suaranya nyaris berbisik.

"Gunung itu harus ditenangkan," jawabnya. "Perjalananmu berakhir di sini."

Dengan kekuatan terakhirnya, Rian mengulurkan tangan ke arahnya, tapi dia menghilang sekali lagi. Tanah di bawahnya roboh dan ia terjerembab ke jurang yang dalam, ditelan kegelapan Gunung Lawu.

Epilog: Misteri

Hilangnya Rian menjadi satu lagi misteri Gunung Lawu yang belum terpecahkan. Tim pencari menjelajahi gunung tersebut, namun tidak ada jejaknya yang ditemukan. Jurnalnya, yang ditemukan oleh sekelompok pendaki beberapa bulan kemudian, memberikan gambaran mengerikan tentang hari-hari terakhirnya. Penduduk setempat berbicara tentang nasibnya dengan nada pelan, sehingga kisahnya menambah daftar panjang legenda gunung yang menakutkan.

Gunung Lawu tetap menjadi tempat keindahan dan bahaya, rahasianya dijaga oleh roh-roh yang berkeliaran di kedalamannya. Mereka yang berkelana ke sana melakukannya dengan hati-hati, sadar bahwa gunung itu mempunyai cara untuk mengklaim orang-orang yang berusaha mengungkap misterinya.

Nama Rian Prasetyo menjadi sebuah kisah peringatan, pengingat bahwa beberapa tempat sebaiknya tidak diganggu. Bayang-bayang Gunung Lawu terus mengamati, menunggu jiwa selanjutnya mengembara terlalu jauh ke wilayah kekuasaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun