Apa rasanya menjadi anak pertama atau anak sulung? Benarkah anak pertama dipersepsikan banyak orang? Harus menjadi panutan adiknya, menjadi teladan, memberi contoh yang baik, dan bertanggung jawab pada keluarga?
Itulah yang dirasakan oleh Iqbaal Ramadhan yang berperan sebagai Ian Antono dalam film Perayaan Mati Rasa. Iqbaal yang anak kedua dalam kehidupan nyata, mengaku tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi seorang anak pertama.
Karena itu, ia merasa kesulitan saat pertama kali membaca naskah film yang disutradarai Umay Shahab itu. Sosok Ian yang ia perankan, sekaligus menjadi tokoh utama dalam film bergenre keluarga itu, Â memiliki pandangan yang berbeda dengan dirinya sebagai pribadi.
Setelah melalui proses pendalaman karakter, Iqbaal akhirnya sukses memerankan tokoh Ian. Ia  bisa memahami kompleksitas pikiran dan perasaan Ian sebagai anak pertama yang merasa selalu dibebani dengan label anak pertama.
Lalu apa rasanya menjadi anak kedua? Apakah seperti yang banyak terlihat dalam stereotip keluarga Indonesia? Bahwa anak kedua harus menurut pada anak pertama yang notabene dipanggil kakak? Apakah anak kedua harus menerima konsekuensi selalu disuruh-suruh oleh anak pertama?
Seperti itulah yang ada di benak Umay Shahab yang memerankan tokoh Uta Antono, adik dari Ian Antono. Ubay yang dalam kehidupannya nyatanya sebagai anak pertama harus memerankan anak kedua dalam film yang disutradarainya sendiri.
Namun, Umay Shahab mengaku tidak sesulit Iqbaal untuk menyelami sosok Uta yang diperankannya. Kebetulan saat ia berusaha mengetahui lebih jauh karakter Uta, adiknya tengah ngekost di luar kota. Tinggallah ia bersama kedua orang tuanya.
Moment ini memberi kesempatan baginya untuk lebih mendalami karakter Uta. Seorang adik yang memiliki hubungan emosional dengan kakaknya. Kesempatan ini membantunya memahami lebih dalam tentang perasaan seorang adik yang sering kali membutuhkan perhatian dari kakaknya.
Film "Perayaan Mati Rasa" yang diproduksi Sinemaku Pictures, ini terinspirasi dari  lagu yang berjudul sama. Lagu yang dirilia dua tahun silam, ini dipopulerkan oleh Umay Shahab featuring Natania Karin. Ini adalah single ketiga dari album When It All Ends Here yang berkisah tentang perpisahan sepasang kekasih.
Judul film ini cukup menggelitik juga. Apa yang maksud dari "Perayaan Mati Rasa"? Apakah mati rasa itu harus dirayakan untuk mempertegas bahwa benar-benar mati rasa?
Jika dihayati lirik dari lagu itu, bahwa ada perasaan hampa dan kerinduan setelah berpisah dengan orang tersayang. Perasaan kehilangan yang begitu kuat digambarkan dengan baik dalam lirik "Jangan kau risau/Semesta bersamamu/Biarkan rebah pada tangisku/Raga, rasa kita yang lalu/Melepas itu caraku mencintaimu".
Seperti itu yang dirasakan Ian yang merasa orang tuanya tidak peduli padanya, yang merasa perhatian orang tua, terutama ayahnya (diperankan sangat apik oleh Dwi Sasono) hanya tercurah pada adiknya, Uta, yang sukses sebagai podcaster. Perasaan inilah yang memunculkan jarak dengan sang ayah.
Terlebih Ian yang seorang musisi indie dengan band bernama Midnight Serenade,
begitu disibukkan untuk mewujudkan mimpinya. Bersama para sahabat yang tergabung dalam tersebut berusaha keras memenuhi semua ekspektasi yang ia bangun.
Kesibukannya ini yang membuatnya semakin jauh dari keluarga. Dan, Ian seperti menyengajakan diri untuk tenggelam dalam kesibukannya agar tidak terlibat rasa dengan sang ayah. Ia tidak peduli si ayah berusaha untuk terus merangkul Ian dalam berbagai kesempatan.
Dalam film ini, konflik antara anggota keluarga digambarkan dengan emosional. Meski pengambilan gambar "sedikit bergoyang", namun mampu membuat emosi penonton terlibat.
Terlebih ketika sang ayah meninggal, Ian baru menyadari apa yang dirasakannya salah. Ia menyadari bahwa nyatanya ibu dan ayahnya begitu cinta dan peduli padanya. Â
Konflik antara Ian dan Uta memperlihatkan bagaimana mereka harus belajar saling menguatkan di tengah situasi sulit. Pesan ini relevan bagi banyak penonton yang pernah mengalami duka.
Film ini tidak sekedar bercerita tentang anak pertama atau kedua, tetapi juga relevan untuk semua posisi dalam keluarga. Pesannya, bagaimana keluarga bisa menjadi sumber kekuatan sekaligus tantangan dalam hidup.
Prilly Latuconsina yang menjadi produser eksekutif dalam proyek itu (bersama Iqbaal Ramadhan) menekankan bahwa cinta dari keluarga adalah obat bagi luka dan trauma yang dialami seseorang. Ia pun  berharap film ini memberikan dampak positif bagi siapa pun yang menontonnya.
"Semoga penonton bisa mengambil hal baik dari film ini, apa pun posisinya, ibu, ayah, atau anak. Melalui Perayaan Mati Rasa, saya ingin menyampaikan pentingnya berdamai dengan rasa sakit. Rasa sakit tidak selalu buruk, karena bisa menjadi langkah awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik," tutur perempuan cantik ini.
Perayaan Mati Rasa juga didukung oleh penampilan memukau dari aktor-aktor ternama seperti Devano Danendra, Dul Jaelani, dan Randy Danistha. Kombinasi cerita emosional dan musik yang autentik menjadikan film ini sebagai salah satu proyek film terbesar di tahun 2025.
Kehadiran Dwi Sasono dan Unique Priscilla yang berperan sebagai orang tua Ian dan Uta Antono semakin memperkuat kualitas cerita.
"Film ini menggambarkan bagaimana kehilangan bisa menjadi momen untuk merefleksikan diri dan memperbaiki hubungan keluarga. Keluarga adalah support system utama, sebelum kita punya pasangan atau sahabat," kata Prilly Latuconsina, usai press screening di XXI Epicentrum, Jakarta Pusat, Kamis 23 Januari 2025.
Film ini sendiri dibuka dengan kalimat sederhana dari monolog Ian Antono yang langsung ke inti kegelisahan sang tokoh. Suaranya datar, nyaris tanpa emosi. Beban yang ia pikul bukan sekadar tanggung jawab. Terasa menyimpan perasaan kalah tidak saja terhadap adiknya, kehidupan, dan mungkin dirinya sendiri.
Midnight Serenade -- digawangi oleh Ray Alvero (Devano Danendra), Saka Wijaya (Abdul Qodir Jaelani), dan Dika Ardana (Randy Danistha), band yang menjadi wadah bagi Ian, menjadi jembatan antara penonton dengan sang tokoh.
Narasi yang tercipta dalam lirik-lirik lagu bisa dipahami penonton sebagai cerminan perasaan Ian yang sulit ia ungkapkan dalam kata-kata.
Penggunaan musik sebagai alat untuk menggambarkan dinamika karakter terasa sangat efektif. Melengkapi karakter Ian yang dimainkan sangat baik oleh Iqbaal Ramadhan. Adegan-adegan panggung mereka menciptakan kontras yang kuat dengan suasana rumah Ian yang dingin dan penuh jarak.
Secara visual, Perayaan Mati Rasa bermain dengan kontras yang tajam. Dunia Midnight Serenade dipenuhi cahaya dan warna-warna hangat. Warna yang menggambarkan pelarian Ian ke dalam mimpinya.Â
Sebaliknya, rumah keluarga Antono direpresentasikan dengan palet warna yang lebih pudar. Visual ini mempertegas perbedaan antara dua dunia Ian---dunia mimpi dan realita.
Kisah dalam film ini sangat menarik untuk ditonton. Tidak saja bagi mereka yang merasa sebagai anak pertama atau anak kedua. Melainkan juga oleh siapapun mengingat konflik di dalam keluarga ini sangat related dengan kehidupan nyata.
Iqbaal Ramadhan memberikan performa terbaiknya sebagai Ian yang membawa beban emosional karakter ini dengan natural, seperti tangisan, kemarahan, dan keputusasaan. Tidak ada momen yang berlebihan; semua disampaikan dengan presisi.
Sementara Umay Shahab, sebagai Uta, menjadi karakter penyeimbang. Ia menggambarkan adik yang sukses tapi tetap menyimpan kerinduan pada kakaknya. Umay cukup berhasil membagi perannya dalam film mengingat ia juga sebagai sutradara dalam film ini.
Film yang juga dibintangi Priscilla Jamail, Tj Ruth, Lukman Sardi, Vonny Anggraini, Donny Alamsyah, Sadha Triyudha, serta penampilan spesial dari Iga Massardi dan Romantic Echoes, ini dapat menjadi ruang bagi penonton, terutama keluarga untuk lebih dekat satu sama lain dan menikmati waktu bersama.
Perayaan Mati Rasa akan tayang di bioskop mulai 29 Januari 2025. Ada keharuan, kesedihan, kekecewaan, kebahagian. Saksikan saja kisahnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI