Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Film

Film "Perayaan Mati Rasa", Drama Keluarga Penuh Emosi, Bukan Sekedar Konflik Kakak Adik

28 Januari 2025   17:40 Diperbarui: 28 Januari 2025   17:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Jika dihayati lirik dari lagu itu, bahwa ada perasaan hampa dan kerinduan setelah berpisah dengan orang tersayang. Perasaan kehilangan yang begitu kuat digambarkan dengan baik dalam lirik "Jangan kau risau/Semesta bersamamu/Biarkan rebah pada tangisku/Raga, rasa kita yang lalu/Melepas itu caraku mencintaimu".

Seperti itu yang dirasakan Ian yang merasa orang tuanya tidak peduli padanya, yang merasa perhatian orang tua, terutama ayahnya (diperankan sangat apik oleh Dwi Sasono) hanya tercurah pada adiknya, Uta, yang sukses sebagai podcaster. Perasaan inilah yang memunculkan jarak dengan sang ayah.

Terlebih Ian yang seorang musisi indie dengan band bernama Midnight Serenade,
begitu disibukkan untuk mewujudkan mimpinya. Bersama para sahabat yang tergabung dalam tersebut berusaha keras memenuhi semua ekspektasi yang ia bangun.

Kesibukannya ini yang membuatnya semakin jauh dari keluarga. Dan, Ian seperti menyengajakan diri untuk tenggelam dalam kesibukannya agar tidak terlibat rasa dengan sang ayah. Ia tidak peduli si ayah berusaha untuk terus merangkul Ian dalam berbagai kesempatan.

Dalam film ini, konflik antara anggota keluarga digambarkan dengan emosional. Meski pengambilan gambar "sedikit bergoyang", namun mampu membuat emosi penonton terlibat.

Terlebih ketika sang ayah meninggal, Ian baru menyadari apa yang dirasakannya salah. Ia menyadari bahwa nyatanya ibu dan ayahnya begitu cinta dan peduli padanya.  

Konflik antara Ian dan Uta memperlihatkan bagaimana mereka harus belajar saling menguatkan di tengah situasi sulit. Pesan ini relevan bagi banyak penonton yang pernah mengalami duka.

Film ini tidak sekedar bercerita tentang anak pertama atau kedua, tetapi juga relevan untuk semua posisi dalam keluarga. Pesannya, bagaimana keluarga bisa menjadi sumber kekuatan sekaligus tantangan dalam hidup.

Prilly Latuconsina yang menjadi produser eksekutif dalam proyek itu (bersama Iqbaal Ramadhan) menekankan bahwa cinta dari keluarga adalah obat bagi luka dan trauma yang dialami seseorang. Ia pun  berharap film ini memberikan dampak positif bagi siapa pun yang menontonnya.

"Semoga penonton bisa mengambil hal baik dari film ini, apa pun posisinya, ibu, ayah, atau anak. Melalui Perayaan Mati Rasa, saya ingin menyampaikan pentingnya berdamai dengan rasa sakit. Rasa sakit tidak selalu buruk, karena bisa menjadi langkah awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik," tutur perempuan cantik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun