Perayaan Mati Rasa juga didukung oleh penampilan memukau dari aktor-aktor ternama seperti Devano Danendra, Dul Jaelani, dan Randy Danistha. Kombinasi cerita emosional dan musik yang autentik menjadikan film ini sebagai salah satu proyek film terbesar di tahun 2025.
Kehadiran Dwi Sasono dan Unique Priscilla yang berperan sebagai orang tua Ian dan Uta Antono semakin memperkuat kualitas cerita.
"Film ini menggambarkan bagaimana kehilangan bisa menjadi momen untuk merefleksikan diri dan memperbaiki hubungan keluarga. Keluarga adalah support system utama, sebelum kita punya pasangan atau sahabat," kata Prilly Latuconsina, usai press screening di XXI Epicentrum, Jakarta Pusat, Kamis 23 Januari 2025.
Film ini sendiri dibuka dengan kalimat sederhana dari monolog Ian Antono yang langsung ke inti kegelisahan sang tokoh. Suaranya datar, nyaris tanpa emosi. Beban yang ia pikul bukan sekadar tanggung jawab. Terasa menyimpan perasaan kalah tidak saja terhadap adiknya, kehidupan, dan mungkin dirinya sendiri.
Midnight Serenade -- digawangi oleh Ray Alvero (Devano Danendra), Saka Wijaya (Abdul Qodir Jaelani), dan Dika Ardana (Randy Danistha), band yang menjadi wadah bagi Ian, menjadi jembatan antara penonton dengan sang tokoh.
Narasi yang tercipta dalam lirik-lirik lagu bisa dipahami penonton sebagai cerminan perasaan Ian yang sulit ia ungkapkan dalam kata-kata.
Penggunaan musik sebagai alat untuk menggambarkan dinamika karakter terasa sangat efektif. Melengkapi karakter Ian yang dimainkan sangat baik oleh Iqbaal Ramadhan. Adegan-adegan panggung mereka menciptakan kontras yang kuat dengan suasana rumah Ian yang dingin dan penuh jarak.
Secara visual, Perayaan Mati Rasa bermain dengan kontras yang tajam. Dunia Midnight Serenade dipenuhi cahaya dan warna-warna hangat. Warna yang menggambarkan pelarian Ian ke dalam mimpinya.Â
Sebaliknya, rumah keluarga Antono direpresentasikan dengan palet warna yang lebih pudar. Visual ini mempertegas perbedaan antara dua dunia Ian---dunia mimpi dan realita.
Kisah dalam film ini sangat menarik untuk ditonton. Tidak saja bagi mereka yang merasa sebagai anak pertama atau anak kedua. Melainkan juga oleh siapapun mengingat konflik di dalam keluarga ini sangat related dengan kehidupan nyata.