Setiap tanggal 22 Desember, Indonesia memperingati Hari Ibu. Tahun ini peringatan Hari Ibu Nasional ke-96 dengan tema "Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya menuju Indonesia Emas 2045". Tema ini mencerminkan semangat dan peran penting perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya dalam mendukung kemajuan bangsa.
Dalam semangat memperingati Hari Ibu, Gerai Hijau bersama Pemerintah Kota Tangerang Selatan, FatHopes, dan organisasi mitra lainnya, meluncurkan gerakan "Siap Pilah Olah Sampah 1000 Perempuan", Sabtu 21 Desember 2024, di Gerai Lengkong, Tangerang Selatan, Banten.
Gerakan ini meluncur untuk menegaskan bahwa perempuan berperan sebagai pelopor perubahan dalam keberlanjutan lingkungan. Melalui program ini, kaum perempuan (di wilayah Tangsel) berupaya menciptakan kesadaran kolektif akan pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.
Tujuan dari gerakan "Siap Pilah dan Olah Sampah 1000 Perempuan" ini yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah sejak dari sumbernya. Juga menegaskan peran perempuan dalam menjaga lingkungan. Â
Adanya program "Siap Pilah Olah Sampah 1000 Perempuan" ini mencerminkan visi besar Indonesia untuk berkontribusi pada solusi lingkungan global, yang juga sebagai bentuk dukungan terhadap tujuan keberlanjutan nasional.
Salah satu yang menjadi fokus utama program ini adalah pengelolaan minyak jelantah. Selama ini minyak jelantah memang menjadi tantangan besar di masyarakat. Jika dibuang ke tanah atau dibuang sembarangan akan merusak ekosistem tanah.
Minyak jelantah yang meresap ke dalam tanah dapat menutup pori-pori tanah, mengurangi kesuburan tanah, dan mengganggu ekosistem tanah, yang ujungnya terjadinya pencemaran lingkungan dan risiko banjir.
Melalui program ini, minyak jelantah dari rumah tangga dan pelaku usaha diolah menjadi bahan bakar rendah karbon, membawa dampak signifikan dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.
Banyak masyarakat yang belum mengetahui dampak dari membuang limbah minyak jelantah sembarangan. Banyak juga yang belum mengetahui bagaimana cara memanfaatkan limbah minyak jelantah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi dan memberikan manfaat terhadap lingkungan.
"Kolaborasi ini membuktikan bahwa keberlanjutan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Dengan memberdayakan perempuan sebagai agen perubahan, kita menciptakan langkah konkret untuk masa depan yang lebih ramah lingkungan," kata Dwi Astuti, Program Director Gerai Hijau.
FatHopes Tangerang yang ikut terlibat dalam program ini menjadi pihak yang menyediakan fasilitas armada, termasuk truk dan sepeda motor, yang memungkinkan pengumpulan minyak jelantah secara terorganisasi. Minyak jelantah atau minyak masak terpakai yang dikumpulkan akan didistribusikan untuk diproduksi menjadi biofuel.
Keterlibatan perusahaan yang mengumpulkan minyak jelantah untuk diproses menjadi biofuel yang ramah lingkungan, itu membuka jalan bagi masyarakat untuk melihat limbah rumah tangga tidak hanya sebagai beban, tetapi juga sebagai peluang untuk menciptakan dampak lingkungan yang positif.
"Minyak jelantah sering kali dianggap tidak berguna. Namun, melalui teknologi dan kolaborasi yang kami lakukan, kami dapat mengubahnya menjadi bahan bakar yang membantu mengurangi jejak karbon. Ini adalah contoh bagaimana tindakan kecil di tingkat lokal dapat berdampak besar secara global," terang Erna, Head of Marketing FatHopes.
Adanya inisiasi gerakan ini, kata Sigit Priambodo, ketua pelaksana kegiatan, karena perempuan relatif lebih rentan terhadap bencana dan yang paling terkena efek polusi, dan kekerasan rumah tangga perempuan. Perempuan juga menjadi pihak yang paling berdampak atas aktivitas pengelolaan sampah  mengingat aktivitas ini didominasi oleh perempuan.
"Karena itu, kita luncurkan gerakan 1000 Perempuan Pilah dan Olah Sampah agar mereka bisa menjadi contoh untuk memilah sampah dari rumah untuk dipilah  dan Kelola sehingga mempunyai nilai yang akan memberikan tambahan penghasilan untuk support keluarga," ucapnya.
Gerai Hijau, bersama mitra lainnya, juga ingin menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Dengan dukungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, program ini menjadi model bagi daerah lain dalam menciptakan solusi berkelanjutan yang menyeluruh.
Lista Hurustiati, Ketua Tim Fasilitasi CSR Tangsel dan Founder Gerai Lengkong, mengatakan, kemitraan yang solid adalah kunci dari keberhasilan program ini. Ketika berbagai pihak bersatu untuk tujuan yang sama, dampaknya menjadi lebih besar dan lebih bermakna. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, pembuat kebijakan, dan berbagai pihak terkait.
"Gagasan dan gerakan  ini dimulai dari Gerai Lengkong dan bisa menjadi contoh kegiatan untuk kota-kota lain. Dari Gerai Lengkong untuk Indonesia," tandasnya seraya menambahkan program tersebut adalah satu langkah kecil yang menciptakan resonansi besar. Menjadikan Hari Ibu sebagai momen refleksi sekaligus aksi nyata untuk keberlanjutan.
Melalui "Siap Pilah Olah Sampah" Gerai Hijau dan para mitra menunjukkan bahwa masa depan yang lebih hijau dimulai hari ini, dengan setiap langkah yang diambil bersama.
Asda 1 Tangerang Selatan, Chaerudin A. mewakili Walikota Tangerang Selatan, dalam kesempatan ini menyampaikan gerakan ini mendukung terciptanya gaya hidup berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Pemerintah Kota Tangsel akan terus mendukung melalui kebijakan dan pendampingan agar inisiatif ini semakin berkembang dan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Peran aktif masyarakat, terutama perempuan, sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Selain menjaga lingkungan, pengelolaan sampah juga membuka peluang ekonomi melalui daur ulang dan pemanfaatannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H