Indonesia darurat kekerasan terhadap perempuan. Berdasarkan data 1 dari 3 dari perempuan pernah mengalami kekerasan. Baik itu kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikis, kekerasan ekonomi, maupun kekerasan seksual.
Sayangnya, banyak perempuan yang enggan bersuara atas kekerasan yang menimpanya. Dengan alasan, "asal tidak main fisik" atau malu karena aib keluarga sehingga memendamnya. Imbasnya, kekerasan itu terus terjadi dan berulang-ulang.
Menyadari hal ini, Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi (KPPB) pun menyelenggarakan acara bertajuk "Dunia Tanpa Luka" di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Kegiatan ini digelar sebagai puncak peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang berlangsung dari 25 November hingga 10 Desember setiap tahunnya. Tema kampanye 16 HAKTP tahun 2024 adalah Lindungi Semua, Penuhi Hak Korban, Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan.
"Kami mengajak semua pihak untuk kembali merefleksikan setiap upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang telah kita lakukan sekaligus mengajak untuk lebih memperluas aksi nyata pencegahan untuk menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan," ucapnya.
"Tantangan terbesar kita hari ini dan ke depan adalah masih terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak," lanjut Meiline Tenardi, selaku Founder KPPB yang berdiri pada 3 Maret 2023.
Meiline yang juga Ketua Panitia "Dunia Tanpa Luka" mengatakan kegiatan ini dirancang untuk memberikan edukasi, meningkatkan kesadaran, serta mendorong tindakan nyata dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
"Kami ingin menyampaikan pesan bahwa kekerasan tidak boleh dibiarkan dalam bentuk apa pun. Dengan menghormati dan menghargai diri sendiri, kita semua dapat menjadi agen perubahan untuk menghentikan kekerasan dan membangun masa depan yang lebih aman, adil, dan bermartabat," tutur perempuan cantik yang gemar berbagi kebahagiaan ini.
Meiline Tenardi menambahkan, pihaknya berharap acara ini dapat menginspirasi semua perempuan untuk menghormati diri sendiri, mengenali tanda-tanda kekerasan, dan berani mengambil langkah untuk mencegah atau keluar dari situasi yang tidak sehat.
"Perempuan adalah pilar utama dalam keluarga dan masyarakat, sehingga kita harus bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi mereka," tandasnya.
Meiline mengatakan Dunia Tanpa Luka adalah acara yang sangat baik, bentuk kepedulian dan mengajak berbagai pihak untuk bergandengan erat bekerja bersama agar apa pun bentuk kekerasan bisa dicegah dan ditangkal. Ketika perempuan kompak bekerja sama, mukjizat akan terwujud.
Dunia Tanpa Luka adalah film pendek yang mengisahkan perjuangan seorang perempuan, Naya (diperankan oleh Rania Putrisari), menghadapi kekerasan domestik. Film ini memberikan pesan mendalam bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk bermimpi, bangkit, dan hidup tanpa kekerasan.
Meski, film ini durasinya pendek -- hanya 10 menit, namun film ini mampu menyampaikan pesan mengenai bahwa kekerasan terhadap perempuan harus dihapuskan.
Lebih dari 1.500 tamu dari berbagai komunitas menghadiri kegiatan puncak peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Selain memutar film Dunia Tanpa Luka, juga diisi dengan kegiatan edukatif, inspiratif, dan menghibur.
Seperti pementasan seni bertema "Problema" dari Yayasan Belantara Budaya Indonesia serta karya seni puisi dan gerak bertajuk "Gema Ruang Hati" persembahan dari Laura Muljadi. Karya yang memberikan pesan emosional dan inspirasi bagi seluruh hadirin.
Ada juga talkshow yang menghadirkan para narasumber yang kompeten di bidangnya. Ada seniman, aktivis, politisi, dan pengisi acara bersatu menyuarakan pentingnya penghentian kekerasan dalam segala bentuknya--- fisik, psikis, seksual, ekonomi, kekerasan berbasis gender online.
Talkshow inspiratif menghadirkan Rieke Diah Pitaloka (anggota DPR RI dan aktivis perempuan) yang menegaskan bahwa perempuan harus tahu hak-haknya dan diberdayakan untuk melindungi diri serta membangun masa depan yang lebih baik.
Selain itu, Ratih Ibrahim (Psikolog Klinis) yang menyampikan bahwa isu kekerasan bukanlah isu perempuan saja, melainkan isu kemanusiaan. Ia sangat mendukung acara ini agar semakin banyak yang teredukasi dan semakin sedikit kasus kekerasan yang terjadi.
"Kepada perempuan yang kehidupannya dititipkan Allah kepadanya, sejak anak-anak dikandungannya sampai ia dilahirkan dan bertumbuh menjadi manusia. Kekerasan kepada perempuan adalah kejahatan nyata, yang bukan hanya semata isu perempuan. Ini adalah kejahatan kemanusiaan. We have to speak up!" tegasnya.
Menurutnya, acara ini memiliki tujuan yang sangat baik untuk kemajuan dan pemberdayaan perempuan, sebuah bentuk kepedulian dan semangat untuk perempuan saling menjaga.
Narasumber lainnya yaitu Valentina Sagala (Lawyer dan aktivis hak perempuan), serta Petty S. Fatimah (komunikator dan spesialis pemberdayaan perempuan).
Dalam diskusi ini para narasumber mengupas berbagai topik, mulai dari tanda-tanda kekerasan, dampaknya, hingga langkah konkret untuk mencegah kekerasan dan mendukung korban.
Rania Putrisari yang berperan sebagai Naya, mengaku antusian bermain dalam film ini. Film yang menurutnya sangat mengedukasi penonton. Rania sendiri merasa mendapat pelajaran berharga dari karakter yang diperankannya tersebut. Karakter yang bisa menjadi refleksi bagi dirinya.
Kegiatan ini juga diisi dengan penandatanganan banner "Stop Kekerasan terhadap Perempuan" oleh para narasumber, aktivis, dan pesohor yang peduli terhadap isu ini.Â
Banner tersebut diserahkan secara simbolis oleh Meiline Tenardi kepada perwakilan pemerintah sebagai bentuk dukungan terhadap upaya penghentian kekerasan.
Untuk menambah semarak, hiburan musik dari Clara Gopa berhasil menghidupkan suasana dengan energi dan semangat positif.
Acara ditutup dengan aksi sosial berupa pembagian 1.500 paket sembako kepada perempuan dari berbagai komunitas sebagai wujud kepedulian KPPB untuk mendukung mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan.
KPPB hadir untuk menciptakan perempuan yang kuat, percaya diri, dan berdaya. "Dengan peduli hidup kita bermakna, dengan berbagi kita hidup bahagia," begitu tagline komunitas ini. KPPB terus berupaya menginspirasi perempuan Indonesia untuk menjadi agen perubahan di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H