Meira Anastasia, penulis dan sutradara "Cinta Tak Seindah Drama Korea", menyatakan film ini menjadi seperti homage bagi drama Korea yang menginspirasinya dalam menulis cerita dan membentuk karakter di film. Karena itu, ia melakukan pendekatan kreatif menyajikan film ala drama Korea atau drakor yang begitu banyak penggemarnya di Indonesia.
Dari awal penulisan, Meira sudah membayangkan bagaimana scene demi scene yang akan digarapnya. Ada beberapa pendekatan ala shot drakor yang memang digunakan di film ini. Meira sengaja menjadikan beberapa spot wisata favorit di Negeri Ginseng sebagai lokasi syuting, seperti Namsan Tower, Anguk Station, Gangnam, hingga kantor lawas BigHit.
Adapun dari sisi cerita, para penggemar drakor akan menemukan familiarity. Bahwa ada kisah cinta segitiga, ada lead dan second lead actor. Dan, secara pengerjaan, film ini memang menggunakan pendekatan drama Korea, dengan citarasa film Indonesia.
Meira dengan cerdas membalut kisah klise tersebut dalam rangkaian adegan plot twist yang tidak terduga. Mulai dari hubungan pasangan suami-istri, perempuan dewasa yang masih melajang hingga kisah lain yang sangat dekat dengan realitas kehidupan.
Menariknya, Meira menghadirkan kisah yang mungkin cukup berat dan dalam jika dibicarakan, tetapi dikemas dalam adegan-adegan yang terbilang ringan. Tidak jarang percakapan spontan atau situasi di dalam film ini cukup memancing tawa penonton.
Seperti halnya alur cerita pada serial drama Korea yang umumnya memiliki plot yang tidak dapat ditebak dan konflik cerita yang tidak bertele-tele, film ini pun demikian. Tidak lupa Meira juga menyertakan pesan-pesan sosial yang disampaikan dengan pengemasan yang bagus sehingga tidak terkesan menggurui.
Di sisi pemain, juga berperan maksimal. Lutesha, yang biasanya memainkan karakter menonjol dengan tampilan dan memerankan karakter perempuan yang lebih eksentrik dan tangguh, di film ini Lutesha hadir dengan persona karakter perempuan yang lebih kalem, tampil biasa, namun juga menggemaskan. Karakter ini membuat Lutesha belajar untuk lebih tenang dan menahan diri.
Sementara itu, Ganindra Bimo yang biasanya berperan secara badass di film aksi laga,
juga tampil lebih manis dan lebih lembut di film ini. Jerome Kurnia, memberikan persona karakter pria dengan segudang masalah yang ia simpan sendiri.
"Julian adalah seseorang yang lost soul, yang masih mencari arti dari apa sebenarnya kekosongan yang ia rasakan. Hingga akhirnya dia diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Dhea, yang menurut Julian mampu mengisi kekosongannya. Julian adalah orang yang sudah banyak kehilangan hal yang dicintainya. Dengan Dhea, Julian punya harapan baru," kata Jerome Kurnia yang memerankan sosok Julian.
Ernest Prakasa, Produser CTSDK, menambahkan, Imajinari selalu berupaya memberikan ruang yang luas untuk bertumbuhnya para kreator baru. Menjadi supporting system dan mitra yang mengakomodasi penceritaan kreatif yang orisinal.