Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Rempah Indonesia Mendunia, MenKopUKM: Lakukan Proses Hilirisasi dan Tidak Ekspor Mentah

13 Oktober 2024   10:21 Diperbarui: 13 Oktober 2024   10:29 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari buah pala bisa diolah menjadi beragam produk turunan (dokumen pribadi)

Dokumentasi Humas Kemenkop UKM
Dokumentasi Humas Kemenkop UKM


Menteri Teten menegaskan, kalau menjual hanya bahan mentahnya saja, tidak akan bisa menciptakan nilai ekonomi tinggi. Jika sudah melalui proses hilirisasi, ia menyakini Indonesia memiliki potensi besar bertransformasi dari negara berpendapatan menengah ke tinggi pada 2045.

"Karena itu, harus kita olah, harus kita hilirisasi, supaya kita mendapat nilai tambah ekonomi dari sumber daya kita, termasuk juga di dalamnya bisa menciptakan lapangan kerja," tandasnya.

Dikatakan, untuk mencapai minimum pendapatan perkapita 13.200 dolar AS sebagai negara maju, Indonesia harus membangun industri yang berkelanjutan, yang mengolah bahan baku yang ada di Indonesia. Namun, sampai saat ini Indonesia baru mencapai 5000 dolar AS perkapita.

Memang betul, pada era 1980-an, banyak masuk industri manufaktur dari luar, namun menjadi sunset industry atau "industri matahari terbenam". Industri-industri ini mengalami penurunan atau stagnasi dalam pertumbuhan dan profitabilitas setelah melewati masa jayanya. Salah satu penyebabnya adalah bahan baku tidak ada di Indonesia.

"Kita tidak akan mengulang pengalaman itu. Kita harus membangun industri berbasis keunggulan domestik. Salah satunya, bahan baku kita punya seperti nikel, bauksit, rumput laut, dan juga rempah," kata Menteri Teten.

Khusus rempah, Menteri Teten mencontohkan bisa dihilirisasi di industri bumbu. Bisa juga bisa masuk ke rantai pasok bagian industri farmasi, makanan-minuman, dan industri kecantikan. Jadi, sepertinya tidak sulit karena teknologi untuk melakukan hal itu sudah dimiliki Indonesia.

"Kita harus samakan visi semua pihak untuk merancang bangun desain program mengarah ke hilirisasi rempah. Kita sudah membangun pabrik-pabrik kecil, lalu mengolah sumber daya yang kita miliki menjadi produk setengah jadi atau jadi," ujar Menteri Teten.

Terbukti komoditas nilam, misalnya, yang bisa diolah menjadi minyak atsiri dengan standar industri. Sekarang minyak nilam dari Aceh sudah bisa langsung dikirim ke Paris untuk bahan baku industri wewangian. Teten menyebutkan industri parfum dunia, kebutuhan nilamnya 80 persen dipasok dari Indonesia.

Atau komoditas cabai yang juga sudah ada hilirisasi yang kemudian diolah menjadi pasta, sehingga memiliki rantai nilai ekonomi yang lebih panjang. Pun demikian dengan cokelat yang juga sudah ada pabrik pengolahannya.

"Rempah bisa dikembangkan dan diolah menjadi bumbu untuk masuk ke pasar dunia. Makanan Indonesia masih tertinggal bila dibanding Thailand dan Vietnam. Mereka jauh dikenal masyarakat dunia," kata Menteri Teten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun