Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebenar-Benar Syukur, Tidak Ada Takdir yang Buruk!

18 September 2024   22:52 Diperbarui: 18 September 2024   23:36 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jamaah Masjid Al Ihsan Permata Depok (dokumen pribadi)
Jamaah Masjid Al Ihsan Permata Depok (dokumen pribadi)

Dalam surah Al-Anbiya ayat 35, Allah mengatakan, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."

"Jadi, kita akan terus diberi ujian. Di dalam kubur pun ada ujiannya. Ujian akan berhenti ketika kita benar-benar masuk syurga. Ujian yang menimpa kita itu akan terus menerus. Selesai, ada lagi, selesai ada lagi. Dengan apa kita diuji? Dengan yang buruk-buruk dan yang baik-baik," kata Ustadz.

Itu artinya, jika kita mendapat kebaikan atau keburukan, kita tetap harus bersyukur. Karena di balik yang buruk, menurut kita, ada hikmahnya. Bisa jadi Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Dikatakan, ujian itu, untuk kenaikan jenjang ketakwaan kita. Ujian itu sunnatullah. Proses seleksi akan terus diberikan Allah kepada seluruh ciptaanNya, baik manusia, hewan, tumbuhan, dan lainnya.

Ujian kenaikan kelas atau kenaikan tingkat atau kenaikan jabatan, misalnya. Ketika menghadapi ujian kita tidak senang, tetapi ketika hasil ujian itu mendapat nilai A, kita pun senang dan sujud syukur.

Takdir yang tidak menyenangkan akan berbuah manis, akan ada hikmahnya jika syarat terpenuhi: ridha (menerima dengan lapang dada), sabar (tidak ada yang bisa sabar jika ia tidak ridha), dan ikhlas.

Apa makna sebenar-benar syukur? Poinnya ada enam: 

  • Yakin semua yang diberikan Allah atau yang ditimpakan Allah kepada kita adalah kebaikan.  
  • Banyak mengingat dan menyebut-nyebut yang memberi nikmat.
  • Terus bekerja keras, terus berjuang.
  • Tidak pernah berhenti dan mengokohkan persaudaraan -- sesama muslim, sesama anak bangsa, sesama umat manusia.
  • Berbagi dan peduli, dermawan.
  • Semakin responsin, semakin gesit, semakin cekatan jika "dipanggil Allah dan Rasul"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun