Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebenar-Benar Syukur, Tidak Ada Takdir yang Buruk!

18 September 2024   22:52 Diperbarui: 18 September 2024   23:36 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau ketika kita sakit, bagi sebagian yang mengalaminya bilang itu takdir buruk yang menimpa dirinya. Karena itu, ia hadapi dengan keluhan, ngedumel, menggerutu. Padahal, ada hikmah mengapa kita diberi sakit.

"Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sakitnya itu, sebagaimana sebatang pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR Al Bukhari dan Muslim).

Ustadz juga berkisah tentang jamaah haji yang kehilangan uang 2000 riyal ketika shalat di Masjidil Haram, Mekkah. Padahal, si jamaah sudah diingatkan untuk membawa uang seperlunya saja. Bawa 50 riyal cukup. Selebihnya simpan di kamar hotel. Ia pun merasa sedih.

Mendengar peristiwa ini, para jamaah pun urunan untuk mengobati kekecewaan temannya sesama jamaah. Dan, terkumpul 4000 riyal. Bayangkan, uang yang hilang 2000 riyal, tapi mendapat pengganti 2 kali lipat dari itu. Apakah ia telah mendapatkan takdir buruk? Ada hikmah di setiap peristiwa.

Ada peristiwa yang dialami oleh jamaahnya. Dua kali berturut-turut rumahnya kebobolan maling. Barang-barang berharga hilang. Beberapa waktu kemudian, suaminya naik jabatan, gajinya juga jauh lebih baik, mendapat fasilitas dari kantornya. Si jamaah lantas berucap, "Allah mengganti kehilangan yang kemarin dengan yang lebih baik."

Karena itu, Ustadz menegaskan, takdir apapun yang kita dapatkan harus disyukuri dengan sebenar-benar syukur. Berharap dengan syukur yang benar Allah akan menyempurnakan dan menambah nikmatNya kepada kita.

Kita harus meyakini semua kebaikan dan keburukan semata atas kehendakNya. Allah yang menakdirkan, menghendaki, dan menciptakan kejadian tersebut.

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya... " (At-Taghabun: 11)

Sesuatu yang diberikan konotasinya nikmat, kalau yang ditimpakan konotasinya musibah. Orang yang benar-benar bersyukur adalah ketika diberi nikmat dan musibah, dia meyakini bahwa itu adalah baik.

Surat Al-Mulk ayat 2, Allah berfirman, "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun."

"Mati itu simbol hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan hidup simbol hal-hal yang menyenangkan. Dua-duanya dijadikan Allah untuk menguji kita," terang Ustadz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun