Dengan demikian, semakin membantu anak-anak mempersiapkan diri menuju ke jenjang pendidikan tinggi. Ke depannya, dapat dijadikan sebagai basis karier masa depan. Menuntun anak-anak menuju cita-cita dan karier yang diimpikannya.
Kalau sebelumnya, anak masuk kelas IPA belum tentu si anak berminat masuk kelas IPA. Sebagian besar siswa memilih jurusan IPA karena lebih privilese lebih banyak dalam memilih prodi di perguruan tinggi. Bukan karena berdasarkan potensi minat dan bakatnya. Sehingga persiapan menjadi lebih tidak terarah dan "membuang waktu".
Penghapusan jurusan di SMA juga bertujuan menghapus diskriminasi terhadap murid jurusan selain IPA dalam seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru. Dengan kata lain, semua lulusan SMA dan SMK Kurikulum Merdeka dapat melanjutkan ke semua program studi melalui jalur tes, tanpa dibatasi oleh jurusan ketika SMA atau SMK.
Dengan kebijakan ini, diharapkan anak-anak dapat lebih fokus mempersiapkan diri sesuai minat, bakat, dan rencana karier mereka. Kebijakan ini juga menghapus diskriminasi dalam seleksi masuk perguruan tinggi, memberikan kesempatan yang lebih adil bagi semua murid.
Dalam Kurikulum Merdeka Fase F (kelas 11 dan 12), struktur mata pelajaran dibagi menjadi dua kelompok utama. Pertama, kelompok mata pelajaran umum meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, Sejarah, serta Seni dan Budaya.
Kedua, kelompok mata pelajaran pilihan meliputi Biologi, Kimia, Fisika, Informatika, Matematika Tingkat Lanjut, Sosiologi, Ekonomi, Geografi, Antropologi, Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut, Bahasa Inggris Tingkat Lanjut, Bahasa Korea, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Prancis, Prakarya dan Kewirausahaan.
Dikatakan pula, penghapusan jurusan di SMA itu sebagai bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah diimplementasi secara bertahap sejak 2021. SMA Negeri 3 Depok termasuk sekolah yang dinyatakan siap menerapkan Kurikulum Merdeka.
Semula banyak orang tua yang masih kurang paham dengan maksud penerapan Kurikulum Merdeka ini. Namun, selang satu tahun baru bisa "melihat" manfaatnya hingga akhirnya anak-anak kini berada di kelas 12. Tadinya masih banyak yang bertanya-tanya, sekarang sudah bisa memahami.
Saya tanya anak saya, bagaimana suasana belajar yang kini tanpa penjurusan lagi? Katanya, lebih fokus saja dengan mata pelajaran yang diminati. Meski pada kenyataannya tidak semudah apa yang diucapkan, anak saya merasa tidak terbebani dengan mata pelajaran lain yang tidak dia minati.
Menurut saya sebagai orang tua, dihapuskannya kelas IPA dan IPS adalah bagus karena akan memudahkan profiling siswa. Misalnya, jika dulu ada siswa yang memilih jurusan IPS karena menghindari Fisika, padahal, ia menyukai Biologi, kini siswa bisa mempelajari mata pelajaran yang disukainya tanpa harus "belajar" mata pelajaran lain yang tidak ia minati.