Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khotbah Iduladha Permata Depok, Khatib: Sudah Sampaikah Tujuan Berkurban Kita?

18 Juni 2024   19:41 Diperbarui: 18 Juni 2024   20:12 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nabi Ibrahim yang dikenal sebagai sosok yang sangat taat terhadap perintah Allah SWT akhirnya melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah. Dengan hati yang sangat berat dan muka yang teramat sedih, Nabi Ibrahim harus mengurbankan anaknya demi menjalankan perintah dari Allah SWT.

Tidak berbeda dengan Nabi Ibrahim, sang ayah, Nabi Ismail dengan perasaan dan hati yang ikhlas menerima karena menyadari hal tersebut merupakan perintah Allah SWT yang harus dijalani. Saat Nabi Ismail akan disembelih, atas izin Allah, Allah mengganti tubuh Ismail dengan hewan kurban yang besar dan berasal dari surga.

"Lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.' Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian." (QS As-Saffat: 104-108).

"Artinya, kalau kita berkurban dengan ikhlas disertai taat pada Allah, pasti Allah membalas dan mengganti dengan yang lebih besar," tegas Ustadz.

Ustadz menegaskan berkurban itu bukan karena kaya melainkan karena panggilan hati. Karena ketaatan pada Allah. Berkurban adalah bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Dengan berkurban, seorang Muslim menunjukkan ketaatan dan penghambaan kepada Allah.

Sebagaimana Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." (QS Al Kautsar:1-3)

Menurut ustadz, perintah dari ayat tersebut "satu paket". Ada yang tidak shalat tapi berkurban, ya tidak benar, sesuatu yang keblinger. Harus seimbang. Shalat lima waktu dijaga, ditepati, lalu kita berkurban. Begitu cara mensyukuri nikmat Allah. Kalau itu sudah, insyaallah kita termasuk orang yang taat pada Allah.

Ketiga, pengorbanan. Dikatakan, sejatinya hidup itu memang butuh pengorbanan. Semisal suami berkorban mencari nafkah untuk anak dan isteri. Makanya, Allah berfirman," dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS At-Taubah: 41)

"Berjuanglah kalian, berkorbanlah kalian dengan harta dulu. Kalau tidak punya harta baru dengan nyawa. Itu artinya, korban harta lebih tinggi daripada korban nyawa. Memang berat. Karena pada dasarnya manusia itu amat pelit dan sangat cinta pada harta. Maka, bermegah-megahan dan berfoya-foya telah melalaikan kamu, nanti kalau masuk kubur baru sadar."

Terkait penybelihan hewan kurban, dianjurkan pengkurban untuk menyaksikannya saat disembelih. Karena Nabi bersabda, "Ya Fatimah, datanglah ke (tempat penyembelihan) hewan kurbanmu dan saksikanlah (saat penyembelihannya), sesungguhnya bagimu dari awal tetes darah hewan kurbanmu berupa ampunan dosa yang telah lalu.

Lalu Fatimah bertanya: 'Ya Rasulullah, apakah ini khusus untuk kelurga kita atau untuk kita dan keseluruhan umat Muslim?' Kemudian Nabi Saw menjawab, "Tidak, bahkan ini berlaku untuk kita dan keseluruhan umat Muslim. Lalu beliau diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun