Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita dan Sampah Plastik

15 Juni 2024   21:37 Diperbarui: 16 Juni 2024   05:29 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seberapa sering kita menggunakan plastik? Taruhlah hari ini, sudah berapa kali kita memakai plastik? Pasti lebih dari satu atau dua atau tiga kali. Iya, kan? Belanja pakai kantong plastik, mengonsumsi minuman dari kemasan plastik, minum pakai sedotan plastik, atau apa lagi?

Sebenarnya, bisa tidak kita tanpa plastik? Kalau pun harus menggunakan plastik bagaimana kita harus bersikap? Ya, plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Bisa dibilang hampir semua peralatan penunjang hidup kita tidak lepas dari unsur plastik. Harus diakui sampah kemasan masih jadi masalah pelik di Indonesia. Tiap hari populasinya terus bertambah.

Kalau ini kita gunakan setiap hari dalam jangka waktu yang lama,  pastinya plastik tersebut menjadi sampah dan menumpuk. Kalau sampah botol plastik, okelah masih bisa didaur ulang, lantas bagaimana dengan sampah plastik jenis lain, sedotan plastik, misalnya?

Begitu persoalan yang mengemuka dalam diskusi bertajuk "Kita dan Sampah", Jumat 14 Juni 2024, di Auditorium Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Diskusi ini diselenggarakan oleh Narasi Media. Didukung oleh Universitas Indonesia beserta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Hadir sebagai pembicara Zen RS (Editor in Chief Narasi), Ujang Solihin Sidik (Kepala Sub Direktorat Tata Laksana Produsen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Jonn Terence Dy (Head of Marketing and Sustainability Leader P&G Indonesia), Joshua Valentino (COO dan Co-Founder Rekosistem), serta Nifa Rahma (mahasiswa FISIP UI 2022).

Ujang Solihin Sidik menyampaikan pencemaran sampah plastik di Indonesia amat mengkhawatirkan. Mengutip data KLHK, Indonesia saat ini menjadi negara penghasil 93 juta ton sampah sedotan plastik per tahun.  KLHK sendiri mengimbau masyarakat untuk menghindari penggunaan sedotan plastik.

"Sampah sedotan plastik itu kalau bisa jangan dipakai lagi deh. Minum tanpa sedotan, bisa kan? Di rumah, kita minum juga tidak pakai sedotan plastik, kan? Sebenarnya kita bisa. Persoalannya, sampah sedotan plastik bagaimana mau didaurulangnya. Siapa yang mau mungut sampah sedotan plastik? Tidak seperti sampah botol plastik," ucapnya.

Menurutnya, mengatasi persoalan ini terletak pada kesadaran individu. Ini yang paling utama. Orang perlu melihat sampah sebagai tanggung jawab pribadi, bukan lagi tanggung jawab Pemerintah Daerah semata. Masyarakat juga harus dapat berpartisipasi dengan mengadopsi pola pikir baru terkait pengelolaan sampah plastik.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Nifa Rahma, sebagai generasi muda, menilai penanganan masalah sampah plastik, dimulai dari perubahan pola pikir dan perilaku dalam pengurangan sampah plastik. Bisa dimulai dari hal-hal kecil. Seperti memilah sampah plastik rumah tangga, menggunakan kemasan air minum yang awet atau tumbler, dan mengurangi pemakaian kantong kresek sekali pakai.

"Biasanya kami saling mengedukasi sesama teman, saling mengingatkan. Apalagi di antara kami, ada juga pegiat sosial di bidang lingkungan dan pengelolaan sampah. Mengingatkan tapi tidak menggurui, bagaimana kita harus bijak dalam menggunakan plastik," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, P&G Indonesia melalui program Conscious Living meluncurkan kolaborasi terbarunya dengan mitra pengelolaan sampah yaitu Rekosistem disaksikan oleh perwakilan KLHK. Kolaborasi ini semakin memperkuat komitmen perusahaan dalam sektor keberlanjutan lingkungan dan berupaya mengajak lebih banyak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah plastik.

"Ini menjadi momentum yang sangat baik dalam peningkatan efektivitas dan inovasi program Conscious Living untuk pengelolaan sampah plastik serta memperluas jangkauan masyarakat untuk berpartisipasi," ucap Jonn Terence Dy.

Dikatakan, inisiatif ini sejalan dengan komitmen P&G Indonesia yang terbagi dalam tiga pilar utama: Iklim, Air, dan Limbah, di seluruh operasional bisnisnya untuk keberlanjutan lingkungan. Dimulai dari pengemasan produk hingga setelah produk selesai dikonsumsi.

Beberapa kemasan dari produk-produk P&G seperti sebagian material produk Gillette Venus dan shampo Herbal Essences telah menggunakan materi daur ulang. Setelah produk selesai dipakai, konsumen dapat menyetorkan kemasannya untuk diolah melalui program P&G Conscious Living -- pelopor program ekonomi sirkular dan pengelolaan sampah kemasan plastik sachet dan HDPE. Program ini juga turut memberikan dampak sosial.

Dengan semangat inovasi tersebut, perusahaan pun berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mulai tahun 2021, P&G merangkul Pemerintah Jawa Barat dalam memulai program Conscious Living. Kemudian mengekspansi program ke wilayah DKI Jakarta. Kolaborasi inu didukung oleh KLHK serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sejalan dengan Program Sampah Tanggung Jawab Bersama (Samtama).

"Kami menyadari pentingnya Inovasi, Edukasi, dan Kolaborasi dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah plastik.  Edukasi yang terus-menerus penting untuk meningkatkan kesadaran dan mengubah perilaku," tegasnya.

Dokumentasi P&G Indonesia
Dokumentasi P&G Indonesia
Dikatakan, P&G selalu memastikan setiap aktivitas bisnis yang dilakukan selalu mempertimbangkan aspek lingkungan yang berkelanjutan. Mulai dari proses produksi, rantai pasokan produk, hingga aspek kemasan setelah dipakai konsumen.

"Kami menyadari keberlanjutan, termasuk dalam pengelolaan sampah plastik, tidak dapat diselesaikan sendiri. Karena itu, perlu membangun kolaborasi yang bermakna dengan pemangku kepentingan lain dalam mengatasi tantangan lingkungan bersama-sama," terangnya.

Pemerintah sendiri menyambut baik komitmen yang berkelanjutan dari P&G lewat program Conscious Living. Inisiatif seperti ini merupakan langkah penting dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia.

"Kami berharap kolaborasi yang diinisiasi oleh P&G dapat mengajak lebih banyak masyarakat untuk peduli dengan pengelolaan sampah plastik, serta menghasilkan solusi inovatif yang dapat diadopsi secara lebih luas, untuk memastikan masa depan yang lebih bersih dan hijau bagi generasi mendatang," kata Ujang.

Joshua Valentino menambahkan, pihaknya
optimis melihat antusiasme masyarakat terhadap program Conscious Living. Terlihat dari kesadaran masyarakat akan sampah plastik yang sudah mulai meningkat. Namun masih terkendala oleh kurangnya dukungan dalam infrastruktur untuk pengumpulan dan pengelolaan sampah.

"Dengan diluncurkannya kolaborasi kami bersama P&G Indonesia, diharapkan dapat menciptakan perubahan yang mendalam dalam upaya pengelolaan sampah. Kolaborasi ini tidak hanya memberi dampak positif bagi lingkungan saat ini, tetapi juga untuk masa depan generasi mendatang," tandasnya.

Rekosistem sendiri berasal dari gabungan dua kata 're' dan 'ekosistem'. Kata 're' yang bisa berarti pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang, terbarukan, atau seluruh prinsip terkait berkelanjutan. 

"Sementara itu, ekosistem berarti bahwa solusi kami akan mengubah perilaku yang ada menjadi komunitas yang lebih ramah lingkungan dan menyesuaikannya dengan interaksi ideal dan organik yang seharusnya terjadi," kata Joshua yang juga influencer ini.

Dikatakan, Rekosistem hadir untuk menerapkan ekosistem berkelanjutan melalui jasa pengelolaan sampah yang berfokus pada pengumpulan, pemilahan, dan daur ulang. Salah satu caranya, yaitu dengan menyediakan akses daur ulang sampah dengan membangun waste station sehingga masyarakat dapat mendaur ulang sampah anorganik rumah tangganya dengan mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun