"Tentu saja. Dia yang selama ini bekerja di rumahku. Mas Hendro lebih memilih Ipah dengan tiga anak yang masih kecil-kecil itu ketimbang keluarga yang telah dibangunnya hingga tiga puluh tahun lebih. Katanya, di hadapan wanita itu dia merasa jadi lelaki yang sesungguhnya. Dia merasa dibutuhkan ...,"
"Oh, iya! Jelas saja dibutuhkan buat mengurusi anak-anaknya," ujar Jane memotong curhatan Aira saking geramnya.
Setiap hari sejak itu, Jane menunggu-nunggu kabar dari Aira. Jane ingin tahu kelanjutan ceritanya. Hampir setiap hari Jane berusaha menghubungi sahabatnya. Tetapi, Aira tidak bisa dihubungi. Gawainya tidak aktif. Hingga tiga minggu berikutnya, tetiba Jane bertemu dengan Aira yang tengah sibuk menaikkan barang belanjaan pada sebuah mobil bak terbuka.
Terlihat aneka barang kebutuhan anak sekolah bertumpuk pada bak mobil yang tidak terlalu luas itu. Tas sekolah, baju seragam, buku-buku, selimut, rak piring, dan beberapa alat rumah tangga lainnya.
"Aira? Kamu belanja apa sih? Sampai penuh begini!" sapa Jane sambil geleng-geleng kepala lantaran heran melihat tumpukan barang yang memenuhi bak Chevrolet Colorado merah itu.
Aira tak menjawab pertanyaannya. Bahkan menoleh pun tidak. Pandang matanya datar dan tak bercahaya seperti biasanya.
Jane menatap Bimo yang tengah mengikuti langkah Aira. Jane semakin heran melihat tampang Bimo yang terlihat kusut. Anak sulung Aira itu membujuk ibunya agar segera masuk ke dalam mobil.
"Bimo, ada apa ini?" tanya Jane mengikuti langkah Bimo yang tergesa-gesa menuju kursi pengemudi setelah menempatkan Aira pada kursi di sampingnya.
"Maaf Tante. Mama jadi begini. Permisi, saya harus segera mengantar barang-barang ini," jawabnya pelan dengan raut muka sedih.
Meski tidak mengerti, Jane mengangguk saat Bimo melaju meninggalkan beribu tanya dalam benaknya. Tanpa membuang waktu, Jane segera mengendarai mobilnya dan mengikuti laju Chevrolet Colorado yang dikemudikan oleh Bimo.
Setelah hampir dua puluh menit, mobil yang diikuti Jane masuk dan berhenti di pelataran sebuah rumah sederhana. Jane memarkir mobilnya di pinggir jalan lalu segera turun untuk mengetahui kejadian selanjutnya. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Apalagi saat mengingat Aira yang seperti tidak mengenalinya.