Sonia baru saja hendak menyimpan gawainya. Namun bunyi totoleot serupa bunyi klakson bus memecah keheningan. Tidak biasanya pula seharian ini gawainya sepi dari dering pesan masuk. Ditunggu-tunggu malah tak juga kunjung berbunyi. Saat pikiran jenuh dan malas menengok layar, eh, tiba-tiba menguar juga bunyinya.
Sonia itu tidak ingin memanja rasa penasaran yang menyerang pikirannya. Dia ingin abai lantaran kesal entah karena apa.
"Terserah! Kamu mau bunyi kayak apa, gak bakalan kubuka, tahu!"
Gawainya bergeming dimarahi sang empunya.
Gerutuannya diakhiri dengan langkah cepat menuju toilet. Biarlah nanti kubuka kalau hajatku sudah selesai. Tak akan kubiarkan siapa pun mengganggu panggilan alam yang sangat berharga ini! Paling juga dari pengiklan yang kehabisan konsumen! Begitu pikirnya. Gadis manis itu terburu-buru masuk toilet.
"Son, aku tidak tahu kebenarannya. Juga tidak begitu yakin. Katanya sih kalau ada seseorang yang merindukan kita, biasanya nyambung. Tiba-tiba kita juga jadi ingat sama orang itu."
Aneh betul Aina mengirim chat dengan kalimat santun berpanjang-panjang. Biasanya juga grasa-grusu. Woi ke mana aja Son mybestie ... kok gak baca chatku seeh! Atau: Lu cepetan baca chatku!
Kalau sudah begitu, biasanya Sonia pura-pura tak peduli. Apalagi pake panggilan 'Son', kayak sama laki-laki saja!
Makanya, kali ini Sonia mengerutkan kening hingga bergaris-garis lengkung.  Tidak biasanya Aina si cerewet nge-chat seperti itu. Seriusan amat.
Meski begitu, Sonia berpikir lalu mencari-cari peristiwa senada seperti yang disampaikan sahabatnya. Belum juga ingat peristiwanya, chat-nya terus berlanjut.
"Padahal sebelumnya kita tidak memikirkan orang itu sama sekali. Tetapi tiba-tiba pikiran ini teringat matanya, sosoknya, senyumnya. Dia Si Ganteng brengsek ituuu! Apa ini berarti orang itu sedang rindu kita juga, ya?"