Seorang anak terlihat sedang asyik membuka-buka buku bergambar aneka robot. Matanya berbinar memandangi robot-robot yang sangat menarik hatinya. Setelah berulang membuka-buka lembaran buku tersebut, matanya tertumbuk pada robot yang sangat dikenalnya, Bumble Bee.
Tangan mungilnya mencari-cari pensil warna. Dengan semangat, pensil berwarna oranye itu digores-goreskan memenuhi ruang-ruang gambar yang membentuk robot tersebut. Ditambahkan pula warna lainnya untuk memuaskan hasratnya mewarnai gambar robot kesayangannya. Pandang matanya serius mengikuti goresan tangannya. Bibirnya terkatup erat menandakan keseriusan yang tengah dijalaninya. Bocah berusia empat tahun itu menarik napas lega setelah selesai menumpahkan warna-warna favoritnya dalam buku tersebut.
Segera dia mencari ibunya dan memperlihatkan gambar yang telah diwarnai dengan rasa bangga dan senyum melebar. Melihat goresan warna yang tak beraturan bahkan cenderung bertumpuk dan keluar dari garis gambar robot itu, sang ibu terlihat melebarkan matanya sambil berseru.
"Waah.... Bagus banget! Warnanya hebat. Robotnya makin gagah."
"Yee...yee... bagus ya, Ma?"
Anak itu berjingkrak saking senangnya.
"Iya, bagus banget!"
Kecupan sayang pun mendarat pada pipi putranya yang montok.
Semangat yang berlipat pun semakin ditampakkan olehnya. Dia duduk kembali untuk mewarnai gambar yang lain.
Ibu yang bijak itu tahu kemampuan anaknya yang belum seberapa dalam mewarnai gambar. Namun dia melihat usaha dan semangatnya untuk mewarnai gambar sangat luar biasa. Keringat di pucuk hidung serta di antara bibir dan hidung itu terlihat berkumpul berbutir-butir menyertai aktivitasnya. Ibu muda itu tahu, pujian mampu membangkitkan semangat anaknya untuk melakukan lagi dan mencoba lagi hingga lama-lama kemampuannya menjadi lebih baik.
Pujian tidak hanya dibutuhkan oleh anak kecil tetapi diperlukan pula remaja bahkan orang dewasa. Kalimat positif yang disampaikan secara spontan itu mampu membuat seseorang merasa dihargai. Hal ini tentu akan berdampak pada peningkatan semangat untuk berkarya.
Apalagi jika pujian dilakukan dengan tulus, tentu saja energi positif yang dialirkannya semakin terasa dan memberi dampak positif. Jika seorang anak sering mendapat pujian, bukan tidak mungkin kelak dia pun bisa menghargai pekerjaan temannya dan tak pelit dengan pujian.
Saat membaca atau memirsa karya anak, tunjukkan mimik bahagia dan ketertarikan yang tulus. Kalaupun masih terdapat kesalahan, baik dari segi isi maupun unsur karya lainnya, sebelum menyampaikan koreksi, berilah pujian sebagai penghargaan terhadap hasil kerjanya. Bagaimanapun, bagi anak tersebut, karya yang dibuatnya tentu yang paling istimewa.
Untuk anak yang sudah mampu berpikir kritis, alangkah baik jika pujian itu disertai unsur penunjangnya. Tidak hanya mengatakan bagus, tetapi tunjukkan unsur pembangun bagusnya. Dengan cara ini, diharapkan dia bisa termotivasi untuk menghasilkan karya yang lebih bagus lagi.
Sempatkan pula untuk mengoreksi atau mengkritisi kekurangannya. Tunjukkan dengan cara yang bersahabat agar tidak mematikan motivasinya. Selanjutnya jangan langsung memberi solusi. Tetapi, diskusikan solusi untuk memperbaikinya. Koreksi dan kritik yang diberikan tentu bermanfaat untuk meningkatkan kemampuannya dalam berkarya.
Sudahkah hari ini Anda memberikan pujian atau kritikan?
Tasikmalaya, 8-2-2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H