Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Produktivitas Membangun Diri Mengatasi Kerawanan Sosial

29 Januari 2023   17:15 Diperbarui: 29 Januari 2023   17:17 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menarik sekali saat berselancar di dunia maya dan membaca sebuah hadis dari Rasulullah saw. yang artinya: "Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah." (HR Bukhari dan Ahmad).

Sungguh hadis itu adalah ajaran hidup tentang produktivitas. Meski kematian di ambang pintu, meski dunia sudah jelas bakal kiamat esok hari, melakukan sesuatu yang bermanfaat tetaplah harus dilakukan. Tidak ada kata putus asa meski hidup akan segera berakhir.

Luar biasa makna yang terkandung didalamnya. Prinsip hidup ini sudah seharusnya mewarnai setiap jiwa manusia yang masih hidup. Pesan agar kita selalu produktif ternyata jauh-jauh hari telah disampaikan oleh Baginda Rasulullah saw.

Manfaatkan harimu, gunakan waktumu, buatlah sesuatu yang bermakna dalam hidup ini. Entah itu berupa barang, jasa, atau hasil pemikiran yang bisa dipetik manfaatnya oleh masyarakat. Jangan melihat jumlahnya, namun niatkan untuk kebaikan dan membangun diri agar menjadi manusia produktif.

Di tengah tanah Indonesia yang subur makmur ternyata belum sepenuhnya tercipta hidup gemah ripah lohjinawi. Masih banyak orang yang kekurangan, masih tinggi tingkat kemiskinan, selalu meningkat jumlah generasi tunakarya, dan hilangnya kesempatan emas lantaran terkendala biaya. Kekurangan ini selanjutnya berdampak pada krisis moral, krisis etika, kerawanan sosial karena tingkat kejahatan terus menunjukkan peningkatan.

Untuk mengatasi kebutuhan hidup yang tidak dapat dibendung, tidak sedikit orang yang mengambil jalan pintas. Penculikan anak kecil yang yang terjadi di beberapa tempat membuat resah orang tua. Dikabarkan, anak yang diculik itu diambil organ dalamnya untuk dijual dengan harga tinggi. Entah berita itu benar atau hoaks dampaknya telah menimbulkan keresahan warga. Bahkan beberapa orang tua meningkatkan pengamanan putranya dengan berbagai cara.

Penjambretan, pencurian, serta perampokan juga menjadi ancaman tersendiri. Tetangga saya, suatu hari berangkat kerja pagi lalu pulang kembali karena ada sesuatu yang tertinggal. Tidak sampai sepuluh menit meninggalkan sepeda motor di halaman rumahnya, ternyata motor itu telah raib. Hingga kini motor itu tidak ditemukan jejaknya.

Tentu selain pengalaman tetangga, banyak pula pengalaman lain yang mengalami musibah kehilangan, baik yang terjadi dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan. Jika dilihat dengan kacamata yang melebar, semua itu berawal dari hidup yang kurang produktif.

Belum mendapat pekerjaan yang sesuai harapan, belum beroleh penghasilan yang memadai, bukan alasan untuk melakukan hal-hal negatif. Justru yang harus dilakukan adalah membuka mata selebar-lebarnya, menjernihkan pikiran, serta membuka wawasan seluas-luasnya untuk mendapatkan peluang usaha. Jadikan kepahitan dalam hidup sebgai tantangan untuk mendapat rezeki yang barokah.

Ada satu kisah menarik saat seorang teman menceritakan perjalanan hidupnya dalam menangguk rezeki.

Ketika melihat wadah beras sudah teronggok tanpa isi, dia melihat sebungkus terigu pemberian tetangga saat ikut tahlil. Dengan kemampuannya membuat cilok, maka terigu itu dicampur tepung tapioka dan bumbu pelengkap yang tersedia di dapur. Setelah siap, dijajakan di dekat sekolahan. Tidak sampai satu jam, habislah dagangannya. Dia pulang sambil membeli bahan-bahan cilok untuk diproduksi selanjutnya.

Meski hasilnya tidak bombastis, namun ternyata dapat diandalkan. Sampai saat ini, produksinya terus meningkat dan bisa digunakan untuk mengatasi kebutuhan dapur hingga membiayai sekolah putra-putrinya.

Produktivitas bukan berarti melakukan usaha dengan hasil bombastis. Produktivitas memiliki makna memanfaatkan waktu, peluang, dan keterampilan yang dimiliki. Dengan modal terbatas dan menyegerakan tekad, mengelola kemauan dan kemampuan, usaha produktif bisa dilakukan kapan pun.

Orang yang tidak punya modal finansial pun ternyata bisa menjadi manusia produktif. Hal ini terbukti pada suami istri pemelihara kebersihan pemakamam umum di sekitar tempat tinggal saya. Kesulitan mencari pekerjaan dan desakan kebutuhan hidup membuat sepasang suami istri berinisiatif memelihara kebersihan area pemakamam. Kinerjanya mendapat sambutan positif dari keluarga yang dimakamkan di tempat itu. Dari pemberian alakadarnya, setiap bulan, penghasilannya bisa dibilang cukup barokah. Keduanya telah menunjukkan bukti bahwa di tengah ketiadaan mereka mampu membangun produktivitas.

Karena itu, jangan pernah sia-siakan peluang yang Anda miliki dengan menunda produktivitas. Selain untuk membangun diri, produktivitas juga bakal membantu mengatasi kerawanan sosial.

Tasikmalaya, 29 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun