Mereka akan mendapatkan nilai-nilai positif hingga bisa membangun karakter yang baik jika instansi atau industri tempat PKL-nya menerapkan disiplin tinggi dan mengedepankan etika.
Meskipun dalam posisi sebagai praktikan, peserta PKL tetap diharuskan menjalankan tugas sebagaimana karyawan yang sesungguhnya.Â
Mereka akan mendapatkan apresiasi jika memiliki etos kerja dan etika yang baik. Mereka juga akan menerima sanksi jika tidak menunjukkan kesungguhan, disiplin, tanggung jawab, dan bersikap jujur.
Beruntunglah jika saat PKL peserta didik berada di tempat semacam ini. Walaupun terasa berat saat mereka melaksanakan PKL, penguatan sikap itu akan tertanam dalam dirinya dan menjadi bekal yang sangat berharga untuk membuka usaha atau meniti karier di dunia kerja.
Namun, hal ini bisa berbeda jika peserta didik melaksanakan PKL di wilayah instansi yang kurang mengedepankan etos kerja. Biasanya, di tempat ini aturan kedisiplinan kerja memang terpampang jelas namun pelaksanaannya tidak sesuai harapan.
Saat berbincang dengan peserta didik yang melaksanakan PKL di sebuah instansi, ternyata masih ditemukan beberapa karyawan yang masuk kerja tidak tepat waktu.
Sebagian ikut apel pagi namun sebagian lainnya abai, sering keluar kantor untuk urusan pribadi seraya menyerahkan pekerjaan begitu saja kepada peserta PKL, pulang sebelum waktunya, dan lain-lain.Â
Peserta PKL pun terkesan rileks dan tidak diburu oleh etos kerja dan kedisiplinan. Bahkan tidak jadi masalah meski beberapa kali tidak masuk.
Sepertinya enak dan nyaman saat melaksanakan PKL di tempat semacam ini. Namun, disadari atau tidak, hal itu akan berdampak serius pada sikap peserta didik.Â
Melalui contoh yang kurang baik, bisa jadi mereka bakal menarik kesimpulan, bahwa bekerja itu ternyata bisa dilaksanakan sesuka hati tanpa perlu memusingkan masalah etos kerja. Tidak perlu tepat waktu, yang penting tugas bisa dilaksanakan.
Peserta didik jebolan PKL di instansi semacam ini bakal jadi sumber masalah, baik di sekolah, di lingkungan masyarakat, maupun di dunia kerja.Â