Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Luruh Bersama Dedaun Kering

1 November 2022   10:48 Diperbarui: 1 November 2022   13:03 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bu Dina memasuki ruang guru. Biasanya, saat jam pelajaran terakhir, ruang guru segera lengang karena para guru dengan cepat meninggalkan ruangan kembali ke rumah. Namun, kali ini ada yang berbeda. Teman-temannya masih terpaku di meja kerja masing-masing. Semua tersenyum saat melihat kehadiran Bu Dina.

"Ayo, Mbak, dibuka sekarang. Jadi penasaran bener nih," kata Bu Salwa sahabat dekatnya.

"Baiklah. Mari kita buka."

Tangan Bu Dina meraih kado diiringi tatap penasaran dari teman-temannya. Sebuah surat beramplop biru terlihat begitu tebal tergeletak di dalam dus. Di bawah amplop, terlihat kotak plastik berukuran kecil dengan bahan tembus pandang. Semua mata tertuju pada perhiasan mas yang terdapat di dalamnya.

"Perhiasan, Mbak!" ujar Bu Salwa. "Bener-bener perhiasan!"

Bu Dina terkesiap. Dia kenal betul perhiasan miliknya yang digondol suaminya saat meninggalkan rumah, empat tahun lalu.

Dengan tangan gemetar, Bu Dina membuka sampul surat. Satu per satu guru beranjak dari tempat itu. Mereka menghargai Bu Dina kalau-kalau surat itu bersifat pribadi.

"Jangan pergi! Tolong temani saya."

Suara Bu Dina penuh dengan kekhawatiran. Dia menyodorkan surat pada sahabatnya, Bu Salwa.

"Tolong bacakan," pintanya.

"Maafkan kami, Bu. Pak Herman meninggalkan Ibu untuk menikahi saya. Beliau meninggal dunia pada hari Sabtu, 22 Oktober 2021 karena kecelakaan. Saya kembalikan semua perhiasan ini karena saya tahu ini milik Ibu. Maafkan kekurangajaran saya. Ibu telah mendidik dan memperlakukan saya sebagaimana putri kandung Ibu, tapi saya malah merampas cinta Bapak. Maafkan kami, Bu. Maafkan kami." (Mayra).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun