Mohon tunggu...
Tetirah Kalam
Tetirah Kalam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lelaki biasa saja.

Hidup bagi Dia, menulis untuk keabadian. (bung TK)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pesuling

21 April 2018   03:04 Diperbarui: 21 April 2018   04:13 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sang pesuling tengah duduk diam

serombongan pesuling datang mengusik sunyi

disampaikanlah tanya serupa keluhan

sebab mereka kerap ditanya dicibiri

.

'aduhai pesuling merdu

apa harus kami katakan

jika benar kami sudah diselamatkan

jika benar sudah anak yang berhak berwarisan

untuk apakah kami berbuat kebaikan?

kemana kebaikan kami diperhitungkan?'

.

sang pesuling mengambil suling

bibir ditaruh di tepi lubang luka

ditiupnya kata-kata yang bening

nada-nada hambur menasehati jiwa

.

dahulu kau terkubur dalam sunyi

bukankah melodi suling bangkitkanmu nyanyi?

dahulu kau tenggelam dalam kelam

bukankah suara suling menuntunmu pada terang?

.

jika tak kau tiup sulingmu

siapa dengar ada melodi di hati?

jika sulingmu tak menuntun pada terang

masakan anak terang tak membenci kelam?

.

tapi ingatlah yang pernah aku kata

aku ditiup Pesuling Agung

lalu aku meniup sulingku

nada suling terdengar telingamu

kataNya bening terdengar menggetar jiwa

.

maka ingatlah yang kini aku kata

terus berbuat baik adalah bibir di atas suling

bukan tunjukkan pandaimu mengusir hening

tapi mereka dengar melodi yg dulu membangkitkanmu

.

selalu ingatlah di hati yang aku kata

bukan perbuatanmu yang membangkitmu kelak

tapi bagaimana kau tahu melodi itu masih di hati

bila kau henti bersuling melodipun akan sunyi

.

melodi itu berkerinduan utk berbuah

rindu berbuah dalam kehidupan kita

kita yang telah berbuah bagi melodi itu

kelak alatNya dan rekanNya selama lamanya

.

sang pesuling tak berhenti bersuling

para pesuling pun bersahut sahutan

di udara melodi membening

di udara kabut mengepak

sayap terang berkasihan

mengerami anak anakNya

.

.

.

jkt,  210418

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun