sang pesuling tengah duduk diam
serombongan pesuling datang mengusik sunyi
disampaikanlah tanya serupa keluhan
sebab mereka kerap ditanya dicibiri
.
'aduhai pesuling merdu
apa harus kami katakan
jika benar kami sudah diselamatkan
jika benar sudah anak yang berhak berwarisan
untuk apakah kami berbuat kebaikan?
kemana kebaikan kami diperhitungkan?'
.
sang pesuling mengambil suling
bibir ditaruh di tepi lubang luka
ditiupnya kata-kata yang bening
nada-nada hambur menasehati jiwa
.
dahulu kau terkubur dalam sunyi
bukankah melodi suling bangkitkanmu nyanyi?
dahulu kau tenggelam dalam kelam
bukankah suara suling menuntunmu pada terang?
.
jika tak kau tiup sulingmu
siapa dengar ada melodi di hati?
jika sulingmu tak menuntun pada terang
masakan anak terang tak membenci kelam?
.
tapi ingatlah yang pernah aku kata
aku ditiup Pesuling Agung
lalu aku meniup sulingku
nada suling terdengar telingamu
kataNya bening terdengar menggetar jiwa
.
maka ingatlah yang kini aku kata
terus berbuat baik adalah bibir di atas suling
bukan tunjukkan pandaimu mengusir hening
tapi mereka dengar melodi yg dulu membangkitkanmu
.
selalu ingatlah di hati yang aku kata
bukan perbuatanmu yang membangkitmu kelak
tapi bagaimana kau tahu melodi itu masih di hati
bila kau henti bersuling melodipun akan sunyi
.
melodi itu berkerinduan utk berbuah
rindu berbuah dalam kehidupan kita
kita yang telah berbuah bagi melodi itu
kelak alatNya dan rekanNya selama lamanya
.
sang pesuling tak berhenti bersuling
para pesuling pun bersahut sahutan
di udara melodi membening
di udara kabut mengepak
sayap terang berkasihan
mengerami anak anakNya
.
.
.
jkt, Â 210418
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H