[caption caption="Ilustrasi: Shutterstock"][/caption]bintang di langit mengawasi dengan sabar
tangan angin tak lelah belai hati berbeban
sambil beriring memanggul api, tali, pisau, kayu bakar
ceritakanlah padaku wahai ayah, tentang korbanÂ
lelaki tua menatap anak tersayang
satu-satunya yang lahir dari sebuah janji nan silam
satu-satunya yang lahir menerobos rahim kering kerontang
satu-satunya yang buat tertawa iman yang nyaris
tenggelamÂ
dengarlah…
bahwasanya Allah berpesan kepada adam hawa
janganlah engkau makan buah ini
sebab di hari engkau memakannya
pada hari itu juga engkau pasti matiÂ
ketahuilah…
pada hari adam hawa melanggar perintah
dan memakan buah etz ha-da'at tov va-ra
ia tidak mati
melainkan seekor hewan
yang tubuhnya disembelih
kulitnya diambil jadi pakaian
sebab Allah teramat mengasihi manusia
dengan peri keadilan diadakan pakaian nubuatan
agar orang yang percaya tidaklah binasa
melainkan beroleh kembali anugerah hidup kekal
sesungguhnya...
yang kita tirukan ini,
agar ingat betapa Allah itu setia
yang kita camkan ini,
upah dosa itu maut adanya
bukankah amat sangat mengerikan
jiwa pemakan tumbuhan diwajib amati
detik-detik maut memperkosa hidup
senggama mencabut nyawa nan menyakitkan
gelinjang penuh darah nan menjijikkan
erang sekarat bergaung memekakkan
tatap…
tataplah mata yang terbelalak
oleh derita dan takut nan desak
tubuh kelojotan saat nyawa dilorotkan
lalu nafas diisap habis
sehabis-habisnya habis
sudah…
tapi belum selesai
mati…
harus lanjut binasa
hingga tak bersisa
tatap…
tataplah…
tubuh yang dilemparkan
api yang menghanguskan
lambang siksa tak berkesudahan
demikian upacara korban itu mencamkan
menangislah
bukan untuk korban pewakilmu
tapi tangisilah dirimu
sebab hukuman sejati ada di atasmu
sang anak mendengar penuh ketakutan
memandang ayah bermata kegelisahan
ya, ayah…
sudah sedemikian jauh perjalanan
sudah sangat dekat bukit persembahan
tapi sejak dari rumah…
manalah sang hewan ?
terdiam
mata seorang ayah menerawang
kilatan pisau matanya tajam
dapatkah bayang di pisau itu kupandang ?
ah… tidak sanggup
dibisikkan pada sang anak
Allah yang menyediakan, anakku
Allah yang menyediakan
dibisikkan pada dirinya
dan selalu begitu, jiwaku
dan selalu begitu
mereka berjalan tenang
diam dalam iman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H