Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tertarik dengan Tengkorak: Hobi, Koleksi, atau Hoarding Disorder?

5 Mei 2021   22:31 Diperbarui: 5 Mei 2021   22:38 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok pribadi Anda di sini

Saat masih bekerja di Taiwan, saya punya koleksi yang bikin orang bergidik, bahkan ketakutan. Koleksi saya saat itu, adalah mengumpulkan dan menyimpan benda apapun yang ada kaitannya dengan tengkorak.

"Kamu ya, ini ngapain ngumpulin kaya ginian semua? Hobi, koleksi atau jangan-jangan hoarding disorder, hah?" Ucap teman saya yang ketakutan sekaligus kaget waktu main ke rumah sakit tempat saya jaga orangtuanya majikan dan saya perlihatkan sebagian koleksi tengkorak saya itu.

Barang yang saya kumpulkan saat itu memang cukup banyak. Mulai dari gantungan kunci tengkorak, perhiasan perak tengkorak, bando, slayer, baju, topi dan sendal sepatu dengan gambar tengkorak, sampai casing hp pun tengkorak. Malah ada korekan api tengkorak, sampai pembalut luka motif tengkorak.

Kenapa saya niat banget ngumpulin pernak pernik atau apapun yang ada kaitannya dengan tengkorak? Alasannya saat itu simple saja. Sebagai pengingat diri saya, supaya tidak boleh sombong, karena sekaya atau sepintar apapun manusia, kelak semuanya akan jadi tengkorak. Alias kita semua akan mati, dikubur dan jadi tengkorak. Tapi memang bener gitu, kan?

Awal mula saya punya hobi mengumpulkan pernak pernik yang ada kaitannya dengan tengkorak adalah ketika diajak oleh majikan ke pasar tradisional di Neihu, di sana ada penjual toko kelontong yang menurut majikan tersedia lengkap dengan harga barang yang dijual murah meriah.

Sekali dua kali saya hanya mengantar majikan. Selanjutnya mulai melihat-lihat ke beberapa lapak yang digelar dan saya tertarik dengan bros kepala manusia alias tengkorak, dengan kedua matanya yang berkilau karena menggunakan berlian tiruan.

"Do you like skeleton?"

Saya hanya mengangguk dan tertawa.

"Kalau kamu rajin mencari, sebenarnya ada banyak yang lebih bagus lagi dari itu," jelas majikan. "Nanti kalau ada lagi, aku bawakan ya..." Majikan menjanjikan.

Dok pribadi Anda di sini
Dok pribadi Anda di sini

Dan benar saja, selanjutnya, saat ia ke pasar sendiri, sepulangnya dari pasar ia membawa beberapa benda unik yang ada tengkorak-tengkoraknya. Ada cincin, gelang tangan dan ikat rambut. Begitu juga ketika ia terbang ke luar negeri, pulang selalu bawa oleh-oleh yang ada kaitannya dengan tengkorak.

"I wonder you like all, skeleton girl..."

Tentu saya sangat senang. Semua benda-benda itu ya simpan baik-baik dan saat senggang saya foto lalu saya upload di blog sendiri yang saat itu masih menggunakan blog keroyokan Multiply.

Banyak yang antusias dengan koleksi saya sampai ada beberapa teman baru yang sengaja kenalan karena merasa aneh dengan hobi saya yang beda dari yang lain, ngumpulin pernak pernik tengkorak.

Karena tengkorak ini pula saya jadi kenal dengan Teh Lia, orang Cianjur beda kecamatan yang menikah dan tinggal di Taiwan beserta suami dan kedua putrinya yang sangat lucu.

Teh Lia baca postingan saya dan ngajak kenalan. Tahu kami sama-sama urang Sunda, dari satu daerah pula maka komunikasi kami lanjut ke SMS dan telepon. Saat itu belum ada aplikasi pesan loh ya.

Tidak disangka, suatu hari saat libur Teh Lia ngajak ketemu dan ia memberikan saya kaos putih dengan selendang yang gambarnya ada tengkoraknya!

"Gak sengaja main di Taichung nemu ini, jadi ingat kamu. Ya udah dibeli aja buat nambahin koleksinya," ujar Teh Lia bikin saya makin senang. Langsung saya foto dan upload ke MP, woro-woro kalau koleksi saya bertambah lagi itemnya.

Saat saya finish contract, semua koleksi tengkorak itu saya paket kirim ke kampung halaman. Baru setelah beberapa bulan di rumah teringat akan benda-benda unik ini. Ibu saya kaget waktu melihat kepala-kepala kecil bentuk tengkorak pada gelutukan saat saya buka kardusnya.

"Untuk apa semua ini? Manfaatnya apa?"

Ibu saya hanya menggeleng waktu saya jelaskan sebagai pengingat kalau kita juga kelak akan seperti itu, jadi tengkorak.

Entah ketakutan, atau bagaimana yang pasti ibu saya seperti tidak setuju saya menyimpan miniatur tengkorak-tengkorak itu.

"Kalau tidak bermanfaat secara nyata, lebih baik jangan disimpan. Jangan menyimpan barang lama-lama di rumah hanya karena beranggapan barang tersebut nantinya akan berguna."

Saya pikir, pernak pernik tengkorak ini sebenarnya memang tidak diperlukan, saya aja yang masih ingin menyimpannya. Saya merasa kesulitan dalam memilih barang mana yang perlu disimpan dan dibuang, jadi memilih menyimpan semuanya. Buat saya pernak pernik tengkorak ini bernilai, unik. Namun bagi orang lain mungkin justru kebalikannya.

Seperti ibu saya, merasa barang yang disimpan anaknya ini  sudah tidak layak disimpan, maka ia meminta untuk membuangnya. Tapi kalau dibuang kan sayang...

"Kamu lupa ya, apapun yang kita simpan nanti itu akan ada hisabnya di hari kemudian hari." Ujar ibu saya.

Deg! Astaghfirullah...

Saya memang tidak mengoleksi pakaian, sepatu, tas atau lainnya. Tapi ada pasmina yang hanya sesekali dipakai, ada beberapa pasang kaos kaki yang gak dipakai.

Dan mungkin masih ada barang-batang tak terpakai lainnya?

Ya, barang-barang tak terpakai itu jika kita simpan begitu saja tak akan membawa manfaat apa-apa buat kita. Tapi yang kita pakai dan kita sedekahkan, itulah yang bermanfaat.

Sementara yang disimpan-simpan itu justru kelak akan dihisab dan justru akan mengusahakan diri kita sendiri. Pernak pernik tengkorak itu kebanyakan saya beli hanya karena ingin mengumpulkannya, walau sebenarnya tidak berguna bagi diri kita. Duh, mungkin ini yang ibu saya takutkan, takut saya termasuk golongan orang yang menumpuk numpuk barang. Dan kelak semua akan dihisab.

Seperti mengetahui kegalauan saya, ibu bilang jika sedekah akan menghapus dosa, sebagaimana air mematikan api. Sebagaimana firman Allah SWT:

QS.At- Taubah 35

"(ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka jahanam. Lalu dengan itu disetrika dahulu, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri." Maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."

Seperti dapat pencerahan, saya mantap untuk memberikan semua pernak pernik itu kepada siapapun yang mau dan membutuhkan. Alhamdulillah untuk pakaian, dan aksesoris lainnya di kampung banyak yang mau memakai tanpa mereka lihat gambar dan merek. Sementara perhiasan dan beberapa pajangan lainnya, saya berikan ke teman dan sebagian ada yang dijual lagi oleh adik saya ke anak-anak komunitas motor yang suka dengan aksesoris sejenis.

Dok pribadi
Dok pribadi

Sekarang, sepuluh tahun kemudian, saya sudah tinggal di rumah sendiri yang minimalis bersama keluarga kecil saya. Alhamdulillah saya tidak lagi kepikiran untuk menyimpan benda-benda yang hanya diinginkan tapi tidak dibutuhkan. Begitu juga suami memiliki pikiran yang sama dengan saya. Setiap membeli atau mendapat barang baru, maka harus ada barang yang keluar sebagai penyeimbang.

Tidak ada yang salah dengan hobi koleksi, atau apalah istilahnya. Tapi yang harus kita singkirkan adalah jiwa hoard (penimbunan) yang bisa saja jadi pemicu munculnya hoarding disorder dalam diri kita. Jangan sampai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun