Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tertarik dengan Tengkorak: Hobi, Koleksi, atau Hoarding Disorder?

5 Mei 2021   22:31 Diperbarui: 5 Mei 2021   22:38 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

QS.At- Taubah 35

"(ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka jahanam. Lalu dengan itu disetrika dahulu, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri." Maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."

Seperti dapat pencerahan, saya mantap untuk memberikan semua pernak pernik itu kepada siapapun yang mau dan membutuhkan. Alhamdulillah untuk pakaian, dan aksesoris lainnya di kampung banyak yang mau memakai tanpa mereka lihat gambar dan merek. Sementara perhiasan dan beberapa pajangan lainnya, saya berikan ke teman dan sebagian ada yang dijual lagi oleh adik saya ke anak-anak komunitas motor yang suka dengan aksesoris sejenis.

Dok pribadi
Dok pribadi

Sekarang, sepuluh tahun kemudian, saya sudah tinggal di rumah sendiri yang minimalis bersama keluarga kecil saya. Alhamdulillah saya tidak lagi kepikiran untuk menyimpan benda-benda yang hanya diinginkan tapi tidak dibutuhkan. Begitu juga suami memiliki pikiran yang sama dengan saya. Setiap membeli atau mendapat barang baru, maka harus ada barang yang keluar sebagai penyeimbang.

Tidak ada yang salah dengan hobi koleksi, atau apalah istilahnya. Tapi yang harus kita singkirkan adalah jiwa hoard (penimbunan) yang bisa saja jadi pemicu munculnya hoarding disorder dalam diri kita. Jangan sampai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun