Gatrik
Kalau secara modern, permainan gatrik ini mirip dengan permainan kricket (ituloh olah raga asal Inggris). Cuma dalam gatrik versi jadul yang suka kami mainkan, media yang digunakan berupa tongkat bambu untuk memukul tongkat yang dilempar oleh lawan.
Gatrik jaman 90-an dimainkan menggunakan alat dua potongan bambu (kadang kami ngambil pagar kandang ayamnya Bu Umar, tetangga rumah di Gumuruh saat itu).Â
Yang satu ukurannya agak panjang sekitar 30 cm dan satunya lagi berukuran lebih pendek. Halaman masjid At Taufik jadi lahan gatrik setiap hari.
Cara mainnya kami membagi pemain jadi dua kelompok. Setelah suten (suit) kelompok yang menang memukul potongan bambu yang kecil ditaruh melintang di antara dua batu. Pukul bambu kecil itu oleh tongkat bambu yang lebih panjang tadi. Lalu pukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin.
Anak yang kebagian memukul bambu yang kecil akan terus melakukannya sampai pukulannya meleset tidak mengenai bambu kecil tersebut.
Karena gagal, anak yang main berikutnya dari kelompok tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang dalam kelompok terakhir.Â
Kalau pemain sudah habis, kelompok lawan akan menggendong semua pemain dari kelompok yang memukuli tongkat pendek tadi. Menggendong sejauh dari bambu kecil yang terakhir hingga ke batu awal permainan dimulai.
Pastinya semakin jauh memukul bambu yang kecil, maka semakin jauh jarak digendong dan kelompok lawan akan kecapean menggendong. Tidak jarang sambil menggendong satu sama lain saling menyuraki atau mengejek.
Masih banyak lagi permainan dan kebiasaan anak jaman dulu saat ngaladog sekitar tahun 90-an. Main kelereng, sapintrong (lompat tali) ucing sumput (petak umpet), sondah, bebedilan, dan masih banyak lainnya.Â