Lodong terbuat dari bambu besar yang berongga. Ujungnya diberi lubang untuk diisi karbit dan air. Kalau dinyalakan api akan menimbulkan suara berdebum akibat dari tekanan gas karbit. Mirip senjata meriam gitulah, hehehe.
Permainan tradisional lodong ini kami lakukan kalau tidak pagi hari ya sore hari di tegalan atau tanah lapang. Tidak hanya anak kecil sepantaran saya saat itu saja yang suka main, tapi paman dan orang dewasa lainnya juga. Bahkan ayahnya Hendi suka ikut main juga.
Sekarang permainan lodong meski di kampung sudah jarang dimainkan. Lahan kosong semakin berkurang. Kalau main lodong dekat perumahan pasti banyak yang komplain karena suaranya yang dahsyat bisa mengganggu ketenangan warga.
Adu jangkrik
Meski anak perempuan, saya sering menang kalau bermain adu jangkrik atau kasir, pada masanya. Ketika anak lelaki mencari jangkrik saya bareng Hani dan adiknya Desti tidak mau kalah.Â
Saat itu hanya rumah saya dan rumah Hani yang halamannya masih berupa kebun. Jadi masih mudah mencari jangkrik atau kasir di sana.
Cukup bawa golok, lalu gali tanah dimana diperkirakan sebagai sarang jangkrik. Setelah dapat jangkrik dimasukkan ke kaleng yang sudah diisi daun kering.
Ari dan anak laki-laki lainnya, biasanya mereka mencari jangkrik ke pemakaman di Gumuruh. Atau di tanah gundukan sepanjang sungai yang banyak ditumbuhi pohon-pohon. Mereka sering dapat banyak karena memang menemukan sarang jangkriknya.
Jangkrik yang bunyinya nyaring disebut jangkrik kalung, biasanya dipelihara untuk diadu atau tukaran dengan teman. Kalau kasir biasanya dijadikan mainan saja, kalau banyak bisa dijual untuk makanan ikan di akuarium.