Bisa jadi sebagian masyarakat menolak adanya bioskop karena lemahnya ketegasan pemerintah. Bisa jadi alih-alih memunculkan manfaat dari sebuah tontonan, yang ada justru menimbulkan mudharat karena menyimpang dari tuntunan.
Padahal adanya sarana hiburan ini tidak usah mewah, yang penting bermanfaat. Ibarat nonton bareng menyaksikan pertandingan olahraga, ga harus di gedung mewah atau berpendingin ruangan, tapi cukup dengan sarana "bioskop rakyat" alias modal proyektor dan lokasinya di sawah kering depan rumah pun jadilah...
Jika bioskop rakyat saja banyak manfaatnya, apalagi bioskop beneran? Pastinya dengan adanya bioskop, diharapkan dapat lebih mengembangkan industri perfilman (industri kreatif) di Indonesia.
Saya bangga lokasi Situs Megalitikum Gunung Padang di Campaka Cianjur sudah diangkat ke layar lebar dengan judul "Gerbang Neraka".
Tapi saya lebih bangga lagi kalau masyarakat Cianjur bisa menyaksikan film tersebut. Masyarakat mengetahui apa pesan yang disampaikan di dalamnya.Â
Masyarakat bisa lebih mengenal sendiri wilayah yang sempat jadi bahan pembicaraan karena berita adanya penemuan "harta katun" di dalam gundukan tumpukan batu-batu Gunung Padang.
Meski pada kenyataannya masyarakat lokal Cianjur hare-hare karena tidak mengetahuinya. Miris, bukan?
Setidaknya meski film nasional tidak mendapat kesempatan diputar di Cianjur, kiranya bisa memberi ruang kepada generasi muda yang mendalami ilmu perfilman untuk membuat film dokumenter dengan mengangkat tema seperti adat tradisi serta kearifan lokal masyarakat Cianjur khususunya sebagai bahan pembelajaran, bahan informasi dan bahan hiburan itu sendiri.
Saya yakin jika kehadiran bioskop di Cianjur berfungsi tidak hanya sekadar sebagai sarana hiburan, tapi juga bisa dijadikan sarana pendidikan, itu akan dengan mudah diterima kehadirannya oleh banyak kalangan. Bukankah kehadiran bioskop secara langsung atau tidak juga bisa menjadi magnet daya tarik bagi para wisatawan ke Cianjur?