Si Pitung berasal dari Kampung Rawa Belong. Wilayah yang pada akhir abad ke-19 termasuk Ommelanden (pinggiran Batavia). Maksudnya wilayah yang tidak bisa dikuasai oleh Belanda.
Nama asli Si Pitung adalah Salihoen. Ayah Si Pitung bernama Piung dan ibunya Pinah. Orangtua mengirim Si Pitung belajar di pesantren milik Haji Naipin. Di luar kegiatan pesantren, Si Pitung membantu jualan kambing milik ayahnya. Suatu hari Si Pitung kena musibah. Seorang bandit mencuri uang hasil jualan kambingnya. Â
Hal itu jadi pemicu Si Pitung melakukan pencarian pelaku pencuriannya sendiri. Si Pitung mempelajari silat demi menemukan bandit pencuri hasil jualan kambingnya. Dari sinilah awal mula Si Pitung menjadi jagoan yang melegenda.
Si Pitung menggunakan kemampuan beladirinya untuk membela orang-orang lemah. Si Pitung harus berhadapan dengan jago dari kelompok bandit demi menuntaskan misinya.
Kemenangan berpihak pada Si Pitung. Banyak bandit, tuan tanah, dan orang Belanda takluk pada kemampuan beladiri Si Pitung. Harta benda mereka diambil dan dikasih kembali oleh Si Pitung kepada penduduk.
Bandit, tuan tanah, dan orang Belanda ketakutan dengan sepak terjang Si Pitung. Mereka ingin mengalahkan Si Pitung. Maka bersekutu mencari kelemahan Si Pitung yang selalu membawa golok  di pinggangnya dan sarung tersampir di lehernya itu.
Si Pitung sempat tertangkap, masuk penjara, kabur dari penjara, dan menyamar selama pelarian. Pada suatu hari naas, penyamarannya ketahuan polisi. Dia baku tembak dengan Schout Hinne yang memiliki peluru emas.
Tubuh Si Pitung tertembak. Polisi membawanya ke rumah sakit. Tapi Pitung akhirnya meninggal. Begitulah gambaran Si Pitung dalam catatan tertulis pers dan arsip Belanda yang saya kutip. Si Pitung memang jawara, tapi sama seperti kita pada umumnya, ada masanya berjaya, ada saatnya kena apes.
Pada akhirnya Si Pitung pun gugur. Tertembak peluru emas oleh A.M.V Hinne, seorang Schout atau Kepala Polisi Karesidenan Batavia. (Ceritafilm pada 1970-an dengan judul Si Pitung Banteng Betawi)