[caption id="attachment_362984" align="aligncenter" width="300" caption="TPS Kab. Cianjur, di Pasir Sembung Cilaku"]
[caption id="attachment_362986" align="aligncenter" width="300" caption="di TPS ini sampah dipisah. Organik dibuat pupuk/pakan ternak, plastik dipilah lagi untuk daur ulang"]
[caption id="attachment_362991" align="aligncenter" width="300" caption="sampah dari kota datang, baru kemudian dipilah para pemulung. Bukan dipilah oleh warga yang membuang sampah sebelum membuangnya"]
[caption id="attachment_362994" align="aligncenter" width="300" caption="berlatar Gunung Gede yang puncaknya tertutup awan, para petugas di TPS dan pemilah sampah sibuk bekerja. Apakah warga Cianjur peduli dengan pemisahan sampah basah dan kering ini?"]
Akhirnya air tanah makin hari makin kalah oleh tumpukan sampah. Cadangan air bersih terhalang oleh limbah plastik yang sulit terurai. Sementara hutan dan bukit tempat tumbuh pohon besar sebagai cadangan air lahannya semakin habis karena penebangan lalu dibuat ladang warga. Kalaupun ditanam kembali perlu waktu tidak sebentar untuk menormalkan fungsinya.
[caption id="attachment_362996" align="aligncenter" width="300" caption="bukit semakin habis. pohonnya ditebang dibuat lahan warga. Lokasi Ciawitali, Kec. Sukanagara"]
[caption id="attachment_362997" align="aligncenter" width="300" caption="cadangan air habis, warga kekurangan air bersih. air PDAM pun harus bergiliran. Lokasi Kec. Sukanagara"]
Mau tidak mau warga Cianjur Selatan yang sebenarnya wilayahnya belumlah kumuh-kumuh amat ini juga harus mau menerima program PDAM yang masuk pedesaan. Dulu mungkin orang menertawakan jika ada tetangga membeli air untuk minum. Tapi kini, membeli air untuk minum itu sudah menjadi kebutuhan. Meski sebagian masih ada yang karena gaya hidup saja.
Tapi adanya program PDAM masuk desa ini ternyata belum juga menjadi sebuah solusi bagi permasalahan kurangnya air bersih untuk pemenuhan kebutuhan warga. Meski sumber mata air untuk Kecamatan Sukanagara saja sangat melimpah dan terletak masih di wilayah kecamatan yang sama, air PDAM ke rumah warga tidak selalu lancar mengalir. Begitu pula keluhan warga di Kecamatan Tanggeung, Pagelaran dan kecamatan sekitarnya.
[caption id="attachment_362995" align="aligncenter" width="300" caption="Jalan Raya menuju Cianjur Selatan, jadi tempat pembuangan sampah plastik. Sulit terurai, jika hujan, selokan tersumbat. Lokasi Kec. Cibeber"]
Dalam jangka waktu satu bulan saja bisa berapa hari air tidak mengalir. Petugas PDAM bilang penyebabnya bisa karena ada perbaikan atau pemasangan baru, dan adanya giliran aliran air. Dengan adanya sistem aliran air bergilir ini apa itu artinya cadangan air PDAM tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan warga sekaligus?
Beruntung untuk warga yang punya torn atau bak penampung air bersih. Jika tidak, terpaksa pekerjaan rumah tangga tertunda sampai air mengalir dan untuk kebutuhan makan minum. Air galon pun jadi pilihan.
Sayangnya, maraknya air minum isi ulang yang memang sangat murah itu tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Namun apa daya warga tetap membeli air galon yang bermerk Aqua --meski tahu isinya bukanlah produk Aqua asli-- daripada menggunakan air sumur di rumah yang keruh dan berminyak.
Harga air isi ulang memang lebih murah daripada air galon produksi Aqua. Itu sebabnya warga memilih air isi ulang sebagai alternatifnya meski warga tahu mengkonsumsi air isi ulang tanpa dimasak lagi itu mempunyai banyak resiko. Padahal banyak sekali batita dan anak-anak yang mengkonsumsi air minum galon isi ulang abal-abal itu baik untuk minum dan campuran membuat susu formula.
Karena merasakan harga air bersih Aqua per galon itu sangat berarti, terhadap anak dan anggota keluarga besar aku sangat menerapkan disiplin yang tinggi untuk tidak menghambur-hamburkan air minum di rumah.
Sejak anak tumbuh gigi dan memperkenalkannya cara menggosok gigi, aku sekaligus mengajarkan kepadanya untuk menggunakan gelas kumur saat menggosok gigi. Maksudnya ya untuk menghemat air galon Aqua karena anak belum bisa berkumur dengan benar dan masih menelan air kumur-kumur yang seharusnya dibuang.
Suami pun jika akanmencuci kendaraan selalu membawa kendaraan ke tempat pencucian di pinggir sungai Cijampang. Kalau dicuci sendiri di rumah, adakala keinginan untuk menggunakan air bersih terus menerus, meski kendaraan sudah cukup bersih. Atau jalan lainnya jika ingin mencuci sendiri di rumah mencuci kendaraan cukup dengan air sumur atau air hujan saja, bilasan terakhir baru dengan air bersih dari PDAM.
[caption id="attachment_363148" align="aligncenter" width="300" caption="Bukit tempat pohon tumbuh dijadikan lahan bisnis. Pasir dan batunya dijualbelikan. Cadangan air pun hilang. Lokasi Kec. Cibeber."]
Meski pemerintah kabupaten Cianjur gencar mengkampanyekan larangan buang sampah ke sungai, warga di Sukanagara dan Pagelaran tetap keukeuh banyak yang buang sampah ke sungai. Menjadi PR buat kami yang merasa peduli alam serta lingkungan untuk terus menginformasikan supaya meminimalisir pembuangan sampah plastik ke sungai. Memilah sampah antara sampah organik dan non organik pun terus kami sampaikan. Alhamdulillah, paling tidak anak-anak tetangga yang mengaji di rumah sudah bisa membedakan mana sampah organik dan mana non organik. Sampah busuk dimasukan ke lubang yang dibuat di halaman dan atau kebun, sementara sampah plastik dipilah untuk slanjutnya dibakar dan atau dijual ke pengepul.
Tidak membuang sampah sembarangan dan memilahnya lebih dulu, tidak boros dalam menggunakan air bersih, memberikan informasi pada anak-anak tentang persediaan air bersih di bumi yang semakin sedikit, tentang bahayanya penebangan hutan tanpa penanaman kembali, dengan belajar semua itu secara tidak langsung kita telah menjaga pelestarian air. Melalui hal kecil dan bersifat pribadi di rumah tersebut berharap kedepannya bisa menjadi terobosan besar dalam upaya melestarikan air.
Untuk memulihkan kelestarian hutan sebagai cadangan air itu memang tidak bisa dilakukan secara individu apalagi instant. Kita pun tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau instansi terkait untuk membereskan semua itu. Jadi lakukan saja apa yang bisa kita (dan keluarga) lakukan lebih dulu. Perilaku, kebiasaan, kedisiplinan dan kesadaran dari setiap individu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program penghematan air ini.
Perilaku hemat dalam penggunaan air sering dianggap hal remeh namun sebenarnya berdampak sangat besar jika dapat dilakukan setiap hari, baik di rumah maupun gedung perkantoran. Dengan demikian paling tidak kita sudah peduli dan ada niat untuk ikut melestarikan cadangan air di bumi yang kian hari kian menipis ini. (Ol)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H