Mohon tunggu...
Inovasi

Globalisasi Sebagai Ancaman Yang Harus Dihadapi Secara Sosial

2 Mei 2016   11:12 Diperbarui: 2 Mei 2016   13:50 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu fenomena alam yang sering terjadi dan banyak dibicarakan oleh masyarakat adalah terjadinya perubahan cuaca yang tidak mengikuti pola pergantian musim. Di Indonesia sendiri terdapat dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Kedua musim tersebut dijadikan sebagai acuan untuk menentukan cuaca. Umumnya pada bulan April sampai September di Indonesia akan terjadi musim kemarau dan pada bulan Oktober sampai Maret akan mengalami musim penghujan.

Namun semenjak memasuki abad 21 acuan tersebut seakan sudah tidak dapat digunakan karena tidak jarang pada bulan April sampai September di Indonesia turun hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan sebaliknya pada bulan Oktober sampai Maret matahari justru bersinar dengan teriknya.

Perubahan cuaca dan meningkatnya suhu udara merupakan salah satu akibat dari adanya pemanasan global (global warming). Pemanasan global terjadi dimana peningkatan suhu bumi yang dihasilkan dari pelepasan gas rumah kaca oleh aktivitas manusia.  Dalam  literatur sosiologi tentang perubahan lingkungan global menekankan proses pada masalah pemanasan global atau global warming secara sosial.

Hal ini dapat dicapai melalui kolaborasi dengan para pakar ilmiah dan pembuat kebijakan yang mampu membawa berbagai permasalahan lingkungan ke ranah perhatian publik (McCright & Dunlap, 2000). Kesadaran terhadap ancaman ini meningkatkan perhatian masyarakat terhadap permasalahan lingkungan dan karenanya memberikan momentum baru bagi para aktivis lingkungan, pakar ilmiah, dan para pembuat kebijakan untuk mengajak masyarakat untuk turut serta menjaga lingkungan. Pembentukan kesadaran ini dilakukan dengan melegitimasi suatu fenomena sebagai permasalahan.

Dari sudut pandang sosiologis, berbagai kajian terhadap fenomena perubahan lingkungan global menghasilkan temuan bahwa penerimaan pemanasan global sebagai permasalahan merupakan suatu konstruksi sosial (McCright & Dunlap, 2000).

Sebuah analisis isi tematik publikasiberedar di situs web dari think tank terkemuka konservatif mengungkapkan tiga kontra-klaim utama. Pertama,gerakanmengkritik evidentiay dasar pemanasan global lemah, jika tidak sepenuhnya salah. Kedua, gerakanberpendapat bahwa pemanasan global akan memiliki manfaat besar jika terjadi. Ketiga, gerakan memperingatkanbahwa diusulkan tindakan untuk memperbaiki pemanasan global akan melakukan lebih berbahaya dari pada baik. Singkatnya, konservatifgerakan menegaskan bahwa, sementara ilmu pemanasan global tampaknya begrowing lebih dan lebih pasti,efek berbahaya dari kebijakan pemanasan global menjadi semakin tertentu. Dalam rangka untuk lebih memahamikontroversi atas pemanasan global, penelitian masa depan harus memperhatikan pengaruh konservatifgerakan dengan mengidentifikasi peran penting dari yayasan konservatif, think tank konservatif, dan simpatik"skeptis" ilmuwan dalam merusak konsensus ilmiah the growing atas realitas pemanasan of globa.

Hal ini tampak jelas dari apa yang terjadi sebelum akhir dekade 1980-an hingga awal 1990-an. Sekitar tahun 1988, isu pemanasan global masih sangat jarang diangkat oleh media (Mazur & Lee, 1993; Miller, dkk., 1990 dalam McCright & Dunlap, 2000). Namun, pada pertengahan tahun 1989 hingga awal tahun 1990, media mulai banyak mengangkat isu ini dan bahkan menjadi semacam trending topic (McComas & Shanahan, 1999; Trumbo, 1995; Williams & Frey, 1997 dalam McCright & Dunlap, 2000).

Kesadaran ancaman global ini diperkuat kekhawatiran masyarakat tentang masalah lingkungan dan aktivis lingkungan sehingga tersedia, ilmuwan, dan pembuat kebijakan dengan momentum baru dalam upaya mereka untuk mempromosikan perlindungan lingkungan. Tidak mengherankan, penentang upaya ini dimobilisasi dalam beberapa tahun terakhir untuk mengoposisi secara intens untuk panggilan, untuk tindakan internasional, untuk mencegah pemanasan global, seperti perjanjian yang dirancang untuk mengurangi emisi karbon dioksida (Brown 1997; Gelbspan 1997).

Klaim kontra ini muncul terkait dengan kepentingan ekonomi, di mana aturan-aturan yang kemudian dihasilkan oleh kebijakan-kebijakan baru membuat biaya ekonomi menjadi membengkak (Mazur & Lee, 1993; Williams & Frey, 1997 dalam McCright & Dunlap, 2000). Pandangan-pandangan skeptis dari para pakar ilmiah mengenai pemanasan global sebagai suatu permasalahan pun muncul di berbagai kolom artikel opini editorial (Wilkins, 1993 dalam McCright & Dunlap, 2000).

Masalah globalisasi kemunian menjadi kontroversi karena dikaitkan dengan masala soial dan ekonomi  terkait pembiayaan dan terkait produk-produk kebijakan yang harus dibuat. Beredarnya banyak artiket terkait masalah ini menjadi luas beredar dan menghasilkan yang pro dan kontra terkait dengan masalah ini. Ada banyak yang pro dan kontra terkait masal pemasan global dari para ilmiah.

Sementara itu, kelompok penentangnya justru mendapat tempat yang semakin luas dan mulai sering terlihat di berbagai media (Lichter & Lichter, 1992; McComas & Shanahan, 1999; Wilkins, 1993 dalam McCright & Dunlap, 2000). Hal ini kemudian memunculkan adanya “skenario duel pakar”, di mana berbagai pakar ilmiah dari kedua sudut pandang mulai beradu argumen di berbagai media dengan penjelasan ilmiahnya masing-masing. Para kelompok konservatif yang menentang gagasan mengenai pemanasan global sebagai suatu masalah mengemukakan alasan-alasan berikut: (1). Bukti mendasar bahwa pemanasan global adalah suatu masalah masih sangat lemah kalaupun tidak dapat sepenuhnya dinyatakan salah. (2). Pemanasan global memiliki dampak-dampak yang tidak semata-mata negatif tetapi justru menguntungkan. (3). Kebijakan-kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi pemanasan global justru akan membawa lebih banyak kerugian dari pada keuntungan.

Masalah kontroversi ini kemudian mendapatkan tanggapan dari para sosiologi yang melihat masalah ini terkait dengan stuktur dan kekuasaan. Sebab, terlepas dari sensitivitasnya terhadap struktur kekuasaan dalam teori pemanasan global, para sosiologis kurang memerhatikan adanya penggunaan kekuasaan yang sama untuk melegitimasi oponen oposisinya, bahwa pemanasan global sesungguhnya bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan (McCright & Dunlap, 2000). Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kurangnya perhatian para peneliti sosial terhadap usaha dari industri dan kelompok konservatif untuk mengonstruksi apa yang disebut Freudenburg (2000 dalam McCright & Dunlap, 2000) sebagai usaha untuk membuat pemasanan global menjadi sesuatu yang nonproblematik.

 

 

Referensi

McCright, A. M. & Dunlap, R. E. (2000). “Challenging Global Warming as a Social Problem: An Analysis of the Conservative Movement’s Counter-Claims”. Social Problems, Vol. 47, No. 4 (Nov. 2000), hlm. 499-522.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun