Â
      Semakin bertambahnya umur bumi semakin canggih teknologi yang dihasilkan tangan manusianya. Kemudahan memperoleh informasi serta penyokong alat untuk membantu jalannya suatu proses membuat bumi dan isinya saling berlomba untuk mencari temuan baru yang bermanfaat bagi makhluk hidup.
      Umur bumi bertambah hingga memasuki era globalisasi. Pada era ini, manusia disuguhkan banyak teknologi dan informasi yang membuat beberapa orang tak habis pikir bagaimana proses pembuatan alat tersebut dan kegunaannya yang sangat variatif. Perlombaan antar manusia tak ada ujungnya.
      Mereka berlomba membuat isi bumi berubah luar biasa bak film fiksi, tak lupa dengan kecanggihan alat yang sangat membantu pekerjaan manusia menjadi lebih efisien dari sudut pandang tenaga maupun waktu.
      Ambil contoh perubahan yang terjadi di Indonesia sangat signifikan. Di ibukota Jakarta, sering kita jumpai gedung pencakar langit. Bahkan tidak bisa dibilang sering, namun tepatnya gedung pencakar langit ada sepanjang jalan di ibukota saat kita melaluinya. Gedung yang menjulang tinggi memiliki tingkat belasan bahkan puluhan itu berdiri kokoh.
      Material yang digunakan saat membuatnya sangat berkualitas dan perlu merogoh kocek yang cukup besar. Namun dengan potensi bencana alam seperti banjir dan gempa bumi, bangunan gedung di ibukota dibuat semaksimal mungkin agar peluang kerusakannya kecil.
      Fungsi dibangunnya gedung pencakar langit selain untuk mall, sebagai kantor pusat suatu perusahaan, dan hunian sementara seperti apartemen, hotel dan banyak lainnya, gedung tersebut ditujukan juga untuk tempat industri musik atau biasa disebut stasiun TV.
      Namun, di balik kemewahan dan kecanggihan bangunan yang menjamur di seluruh wilayah Indonesia, terdapat kisah menyedihkan yang jarang disadari oleh masyarakat. Fakta adanya bila pembangunan gedung di Indonesia perlu mengorbankan aset negara yaitu lahan. Lahan yang banyak dikorbankan biasanya berupa lahan pertanian dan pemukiman warga yang illegal.
      Persoalan lahan pertanian yang semakin menyempit memang disebabkan oleh pembangunan dan bertambahnya jumlah penduduk. Keterbatasan lahan pertanian menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. Karena dengan penyempitan lahan pertanian ini, banyak peristiwa terjadi yang berdampak besar bagi masyarakat sekitar lahan pertanian tersebut.
      Dampak sempitnya lahan pertanian di Indonesia membuat masyarakat sekitarnya kehilangan pekerjaan. Mata pencaharian di Indonesia mayoritasnya adalah petani dan nelayan. Kedua mata pencaharian tersebut merupakan pengaruh wilayah Indonesia yang sebagian besarnya lautan dan lahan pertanian.
      Masyarakat sekitar lahan pertanian yang biasa menetap di desa atau perkampungan mengandalkan lahan pertanian sebagai sarana mereka mencari nafkah. Masyarakat berkebun dan mengolah sawah untuk melanjutkan hidupnya dengan upah yang tidak sepadan dengan lelahnya.
      Dengan kenyataan bahwa lahan pertanian semakin sempit akibat keegoisan oknum pengusaha membuat masyarakat desa semakin sedih dan bingung hendak berbuat apa untuk mendapatkan nafkah demi memberi makan anak cucunya.
      Keterbatasan pendidikan yang dimiliki membuat mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang upahnya dapat mencukupi keluarganya. Hanya dua mata pencaharian tadi yang bisa mereka andalkan. Namun, jika begini adanya satu persatu petani Indonesia kehilangan pekerjaan dan hal ini berdampak juga pada sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.
      Penyempitan lahan pertanian dan berkurangnya profesi petani otomatis membuat hasil tani sektor pertanian menurun drastis. Pertanian Indonesia umumnya menghasilkan produk tani beras, jagung, cabai dan sayur mayur. Dampaknya bahan pangan mengalami penurunan dan stoknya menipis karena tidak ada keseimbangan antara sumber daya dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia.
      Ketidakseimbangan antara dua faktor tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan penipisan stok bahan pangan membuat pemerintah melakukan impor ke negara penghasil produk tani. Seperti Thailand dan Vietnam contohnya.
      Kegiatan impor yang dilakukan memiliki dampaknya sendiri bagi perekonomian bangsa, yaitu berkurangnya uang negara akibat pembelanjaan, dan parahnya lagi jika Indonesia melakukan impor kepada negara yang sedang terjadi inflasi.
      Impor barang saat negara terjadi inflasi membuat negara kita akan mengalami inflasi juga. Karena saat melakukan transaksi pembelian, jika membeli barang yang harganya melonjak tinggi akibat peningkatan permintaan konsumsi bahan pangan sangat besar dan tidak sebanding dengan ketersediaan bahan pangannya otomatis modal yang negara kita keluarkan saat impor tidak sedikit.
      Dengan pembelian bahan pangan yang mahal dan menghabiskan banyak dana, membuat pemerintah harus menjualnya dengan harga yang lebih tinggi lagi di pasar pangan Indonesia. Membeli barang inflasi, akan membuat negara mengalami inflasi.
      Contoh kasus saat terjadi inflasi beras karena ketersediaan beras di Indonesia menipis dan membuat harga beras melonjak tinggi karena harus melakukan kegiatan impor ke negara lain. Kelangkaan beras merupakan dampak nyata dari penyempitan lahan pertanian di Indonesia.
      Persoalan yang terjadi sesungguhnya hanya memiliki solusi yang sederhana. Yaitu adanya keseimbangan produktivitas dengan lahan pertanian. Ada banyak yang bisa dikembangkan dan bukan sekedar hasil tani saja, masih ada peternakan dan lainnya sesuai dengan potensi suatu daerah.
      Pembangunan gedung dan penyempitan lahan tidak bisa dihindari karena dengan membanngun gedung yang artinya investor menanam modal disana juga bermanfaat bagi bangsa Indonesia khususnya pada sector ekonomi negara. Namun, masih banyak solusi lain yang bisa digunakan untuk menangani persoalan tersebut.
      Pada sudut pandang masyarakat yang kehilangan pekerjaan bertani mungkin bisa mencari pekerjaan baru seperti peternak, ART atau pekerjaan serabutan yang tidak memiliki syarat pendidikan tinggi. Pada sudut pandang petani yang masih memiliki pekerjaan namun mengalami penyempitan lahan adalah dengan meningkatkan produktivitas.
      Produktivitas ditingkatkan dengan melakukan pembelian alat yang lebih canggih guna mendorong kelancaran aktivitas bertani dan menghasilkan bahan pangan dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan keseimbangan yang terjadi setidaknya mengatasi sedikit demi sedikit persoalan yang terjadi.
      Semakin tua bumi, semakin pintar orang di dalamnya. Dan bisa diingat bahwa kecanggihan di dunia hanya bergerak lurus, tidak bisa mengalami kemunduran. Maka teruslah bergerak untuk meningkatkan kualitas hidup dengan berjuang sekuat tenaga memberantas kemiskinan yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H