Saat sampai di sekolah aku bertanya kepada mereka "kalian gimana sih kok belom selesai tugasnya, aku capek tau kerja sendiri" mereka malah bilang "oh iya lupa, maaf sumpah" disitu aku hanya kesal serasa hanya aku dijadikan sebagai budak mereka. Saat pelajaran dimulai gurunya bertanya "mana tugas kalian, kok masih kosong?" Kami pun panik dan hanya bingung, akhirnya guru pun memarahi kita dan memberi peringatan"tolong ya dikerjakan, jangan seenaknya saja, jika besok belum dikumpul saya kurangi nilainya" akupun menjawab "baiklah Bu" jujur disitu aku mau nangis rasanya, mereka pun berkata "yaudah ayo kita kerjain pulang sekolah" akhirnya kita mengerjakan tugas itu di rumah menggunakan aplikasi google meet dan tugas pun selesai tentu siap untuk dikumpulkan besok, capek rasanya.Â
Malam pun tiba, aku duduk di balkon sambil melihat indahnya langit kota Tangerang dengan bintang - bintang yang bersinar terang di langit seperti hatiku " ah ada ada saja aku ini" sambil tertawa. Sambil melihat langit aku juga merenungkan hal yang terjadi pada siang tadi. Begitulah jalan kehidupan ku di kota ini, dengan banyaknya Lika liku bagaikan kereta luncur yang meluncur dengan kecepatan tinggi serta berbelok - belok dengan tajam. Meskipun begitu, aku merasa senang tinggal di kota ini. Di sinilah kota yang penuh kehidupan dan misteri, di mana cerita-cerita kecil terus berkembang dan menjadi bagian dari sejarah Kota Tangerang. Kota Tangerang adalah tempat di mana berbagai cerita hidup berjalan beriringan. Inilah kisahku antara aku dan kota Tangerang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H