Mohon tunggu...
Tesalonika Chrisinta
Tesalonika Chrisinta Mohon Tunggu... Dokter - Belum bekerja

Hobi menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Aku dan Kota Tangerang

7 November 2023   13:40 Diperbarui: 8 November 2023   09:04 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku lahir dan besar di salah satu kota di Banten yang terletak di ujung pulau Jawa, yaitu Tangerang. Kalau mereka bilang "semua titik di kota ini adalah kita" maka aku akan sangat setuju, mengelilingi Tangerang dengan 13 kecamatan dengan luas 164,55 km². Orang tua ku bilang dulu Tangerang asli suku sunda, namun seiring berjalannya waktu semua sudah bercampur di tanah Tangerang ini. Dan faktanya Tangerang adalah kota terbesar di Banten! "Laksa" ya, pasti kalian pernah mendengar nama itu! Laksa Tangerang adalah makanan penenang bagi semua orang, dengan rasa dominan gurih dan dihidangkan selagi hangat akan membuat semua orang jatuh cinta pada cita rasanya. Nah kali ini izinkan aku bercerita pengalaman ku dan teman-temanku di Museum Benteng Heritage! Di kala siang hari itu, matahari bersinar terik diatas kepalaku. Pada saat itu aku dan teman - teman ku berjalan menuju Museum Benteng Heritage, panas hawa sinar matahari, sambil berkata "Duh panas banget udaranya, pengen minum." Teman-temanku pun berkata demikian juga. 

Di sepanjang perjalanan yang cukup jauh, aku bercanda bersama teman teman ku sambil melihat pemandangan dan kendaraan - kendaraan yang melaju dengan cepat. Selang beberapa menit tibalah kami di Museum Benteng Heritage. Sebelum memasuki museum tersebut kami sudah diberi perintah untuk tidak menyentuh dan berbuat macam-macam saat didalam. 

Saat diperbolehkan masuk alangkah terkejutnya aku, ternyata begini rupanya isi dari Benteng Heritage yang selama ini belum pernah aku kunjungi. 

Aku berjalan menaiki tangga untuk ke lantai atas, aku melihat banyak barang menarik. Kakak pemandu nya pun berkata "tolong jangan mengambil foto untuk dokumentasi ya" kami pun mematuhinya. Selama didalam banyak sekali barang yang menarik dan belum pernah aku liat selama aku hidup di kota ini. Bahkan filosofinya saja aku tidak tau, tapi ada satu barang yang membuat aku penasaran sekali yaitu sepatu kecil, "pasti itu sepatu anak kecil soalnya bentuknya kecil sekali" gumamku dalam hati. Tapi ternyata sesaat pemandu itu datang, ia berkata "bukan sepatu anak kecil itu, tetapi sepatu orang dewasa", aku dan lainnya pun terkejut bagaimana bisa sepatu kecil ini untuk seukuran kaki orang dewasa? sambil bertanya-tanya. Pemandu itu pun menceritakan asal usulnya, konon katanya pada jaman dahulu standar kecantikan seorang wanita dilihat dari ukuran kakinya, semakin kecil ukuran kaki seorang wanita, maka dianggap semakin cantik. Guna mendapatkan bentuk kaki berukuran kecil, maka peranakan Tionghoa pada saat itu melakukan tradisi bounded feet, yaitu membalut kaki dengan kain. 

Pada rentang umur tersebut empat jari kaki anak perempuan akan dipatahkan, kemudian kaki akan dibalut dengan kain layaknya membungkus ikan asin. Semuanya pun terkejut dan merinding seketika karena mendengar hal tersebut sampai - sampai di otakku pun terbayang bagaimana mereka melakukan nya "ih serem banget, jadi takut" gumam aku. Kami pun berkeliling lagi sambil melihat barang lain. Setelah selesai kami pun turun dan bergegas keluar untuk istirahat sambil menunggu giliran untuk pulang. 

Selama diperjalanan ada satu hal "mengapa pada saat kita bertamu, kita tidak boleh mengambil foto?" 

Itulah pertanyaan yang selalu terbayang dan dipertanyakan di benakku. Aku pun menanyakan kepada temanku tetapi ia pun juga tidak tau mengapa. Akhirnya, tibalah aku di sekolah, guru - guru memberi tugas kelompok membuat laporan dari hasil pengamatan kami tadi. Kami pun membuat laporan sambil bersantai - santai, "eh bosen nih, istirahat dulu yuk sambil ngobrol" ujar temanku. Kami pun mengobrol hingga akhirnya "eh kamu kan pernah dimainin gitar sama dia ceritain dong gimana rasanya?" kata temanku yang lainnya. 

"Aduh malu, tapi yaudah deh aku ceritain" ujar aku, sepulang sekolah ia mengajakku untuk duduk bersama sambil mengobrol, lalu ia berkata "eh aku bawa gitar kamu aku kamu dengar aku main gitar ga?" Mendengar pertanyaan itu, aku sontak mengangguk. Ia pun segera mengambil gitarnya itu dan memainkan satu lagu berjudul "Sempurna." Sungguh indah dan menyejukkan hatiku dari suara gitar itu untuk didengar di telinga. WOWW "petikan demi petikan, menimbulkan getaran dari senar yang menghasilkan nada yang sempurna, sama seperti kita" rasanya ingin sekali aku terbang dan terbaring di awan yang penuh kelembutan. 

"Bagus banget mainnya kak, seneng deh dengerinnya" kata aku. 

Dia pun tersenyum dengan senyuman yang hangat sambil meng acak-acak rambutku. "Jadi begitulah ceritanya" ucap aku, "sumpah, kalian lucu banget jadi pengen deh" kata temanku. Yang lain pun mengakuinya sambil meledekku hingga kami pun tertawa. Kami pun melanjutkan tugas yang belum selesai tadi. Jam bel pun berdering menandakan waktunya untuk pulang. "Haduh, gimna ini tugas kita belum selesai sedangkan kelompok yang lain udah selesai" ucap aku, "tenang aja aelah, tenggatnya kan besok, gampang pas malem kita kerjain" ujar salah satunya. "Yaudah, tapi kalian jangan ngilang ya kalau aku wa di grup" kataku, "iyaa, tenang aja" ucap yang lainnya. Tak terasa waktu berlalu, itu saat nya untuk aku pulang ke rumah, aku pun berpamitan dengan mereka dan pulang. 

Sampai dirumah, aku pergi ke ke kamar untuk beristirahat sebentar. Di petang hari, aku pun memberi pesan melalui WhatsApp "guys, gimna ini tugasnya masih banyak. Aku dh nyicil dikit tapi masih banyak banget, tolongin dong" ujar aku. Tapi yang lain hanya "eh maaf, aku lagi diluar tapi aku sambil bantuin kok", "aku bantuin yang mana?" Sisanya mereka hanya membaca nya saja. Jujur disitu aku merasa pusing sekali, aku pun memberi mereka materi dan jawabannya, mereka hanya membalas "okee".  Ya akupun percaya pada mereka sambil mengerjakan sisanya.  Tetapi ternyata saat mengerjakan akupun ketiduran dan terbangun di jam 4 pagi "EH MAMPUS, gimana ini tugasnya belom selesai " ucap aku sambil panik, aku pun segera menyelesaikan nya tapi apa daya, tetap saja tugas masih banyak, aku cek wa pun mereka belum mengirimkan jawabannya. Tapi waktu sudah pukul 5 pagi itu saatnya untuk aku bersiap-siap ke sekolah, selama aku bersiap- siap dan menuju perjalanan ke sekolah aku terus memikirkan nya bagaimana cara agar aku tidak ditegur oleh guru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun