Belakangan ini, tren makan makanan pedas dan asam semakin digandrungi anak muda. Dari tantangan mukbang pedas hingga makanan dengan level asam ekstrem, semuanya berlomba-lomba menarik perhatian di media sosial.Â
Kita mengetahui di balik sensasi ini, tidak sedikit cerita tentang anak muda yang harus dirawat di rumah sakit dengan biaya puluhan juta akibat kerusakan lambung. Fenomena ini menjadi pengingat penting akan gaya hidup yang terkadang mengorbankan kesehatan demi popularitas atau sekadar sensasi.
Dampak Kesehatan dari Konsumsi Pedas dan Asam Berlebihan
Makanan pedas dan asam memang menggugah selera, tetapi konsumsi berlebihan bisa berdampak serius.Â
Studi dari Journal of Gastroenterology and Hepatology (2023) menunjukkan bahwa konsumsi cabai dan makanan asam secara berlebihan dapat memicu:
- Gastritis akut: Peradangan lambung akibat iritasi dari kapsaisin (zat aktif dalam cabai) dan asam.
- GERD (Gastroesophageal Reflux Disease): Naiknya asam lambung ke kerongkongan, menyebabkan sensasi terbakar di dada.
- Perforasi lambung: Dalam kasus ekstrem, dinding lambung dapat berlubang akibat tekanan asam yang berlebihan.
Menurut penelitian yang sama, prevalensi gangguan lambung pada generasi muda meningkat hingga 30% dalam satu dekade terakhir, banyak di antaranya terkait pola makan tidak sehat.
Kenapa Anak Muda Tertarik pada Tren Ini?
- Adrenalin Sensation
Konsumsi makanan pedas memicu pelepasan endorfin, memberikan sensasi menyenangkan meski tubuh merasakan "rasa sakit." - Media Sosial dan Kompetisi Ekstrem
Algoritma media sosial mendorong konten-konten ekstrem. Semakin heboh aksi makan pedas atau asam, semakin tinggi engagement yang diterima. - Budaya FOMO (Fear of Missing Out)
Takut dianggap "ketinggalan tren" membuat banyak anak muda mencoba tantangan ini, meskipun tahu risikonya.
Kesehatan adalah investasi yang tidak bisa diulang. Ketika anak muda terbiasa mengejar tren makanan ekstrem seperti makanan pedas dan asam, mereka sering kali mengabaikan dampak jangka panjang pada tubuh.Â
Sebuah artikel di The Lancet (2022) menyoroti bahwa pola makan yang buruk menjadi salah satu faktor utama meningkatnya kasus gangguan pencernaan di kalangan generasi muda.Â
Edukasi tentang pentingnya pola makan sehat harus menjadi prioritas, terutama dalam membangun kesadaran bahwa tubuh membutuhkan keseimbangan nutrisi untuk berfungsi optimal.
Konsumsi makanan berserat, rendah lemak, dan kaya nutrisi bisa menjadi pilihan yang tidak hanya menyehatkan tetapi juga tetap menarik jika diolah dengan kreatif.Â
Dengan edukasi yang tepat, gaya hidup sehat dapat menjadi tren baru yang tidak hanya membawa manfaat fisik tetapi juga mental bagi generasi masa kini.
Tips sederhana untuk menghindari bahaya:
- Batasi konsumsi makanan pedas dan asam, tidak lebih dari 1-2 kali seminggu.
- Kombinasikan dengan makanan berserat tinggi seperti sayuran untuk mengurangi iritasi lambung.
- Jika mengalami gejala seperti nyeri perut atau mual, segera konsultasikan dengan dokter.
Tren makan pedas dan asam memang menarik perhatian, tetapi risiko kesehatan yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada sensasi sementara.Â
Anak muda perlu lebih bijak dalam memilih gaya hidup yang mendukung kesehatan jangka panjang, bukan justru merusaknya. Ingatlah, menikmati hidup tidak harus mengorbankan tubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H